Pelaku-pelakubullying baik secara nonverbal (fisik) dan verbal (dengan ujaran atau tulisan di media sosial) juga adalah orang-orang yang masuk kelompok 'difabel'.
Kok bisa?
Pelaku bullying adalah orang yang juga mengalami kekurangan yaitu ketika seseorang atau sekelompok orang hanya berani melawan yang berkekurangan dalam hal fisik dan nonfisik. Lebih parah lagi mereka melakukan bullying dengan berkelompok sebagai komplotan dengan cara kroyokan.
Apalagi yang melalukan pengeroyokan secara fisik dan nonfisik (verbal) juga merupakan orang-orang dengan kebutuhan khusus yaitu mencari teman untuk melakukan kekerasan.
Lihat saja mahasiswa Universitas Gunadarma, Depok, Jabar, ini. Mereka melakukan kekerasan fisik terhadap rekan mereka yang mempunyai kebubutuhan khusus. Secara kasat mata dan dengan akal sehat jangankan bertiga atau berempat seperti yang dilakukan mahasiwa Gunadarma itu, satu orang pun tidak akan bisa dilawan oleh mahasiswa difabel tadi.
Tapi, mengapa mahasiswa itu beramai-ramai menghina dan menyakiti teman mereka yang difabel?
Bisa jadi kalau sendirian tidak punya nyali. Atau bisa saja agar kesalahan dan tanggungjawab dipikul ramai-ramai.
Itu tentu saja ranah psikolog untuk mencari tahu apa alasanan mahasiswa-mahasiswa Gunadarma itu melecehkan rekannya yang sudah ditakdirkan mempnyai kekurangan.
Dari aspek agama (Islam) yang perlu dilakukan mahasiswa pem-bully itu adalah sujud syukur karena Tuhan sudah memberikan mereka tubuh yang sempurnya. Juga berdoa agar rekan yang difabel diberikan kemudahan menyelesaikan kuliah. Sayang, tubuh mahasiswa-mahasisa pem-bully yang sempurna itu rupanya tidak sejalan dengan cara berpikir dan hati nurani mereka karena perilaku mereka justru 'sakit'.
Begitu juga dengan siswa-siswa SD, SMP, SMA, SMK, dll. yang menganiaya dengan mengeroyok temanya juga termasuk siswa yang 'difabel' karena melakukan kejahatan dengan cara berkelompok.