Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Jakarta: Langganan Banjir, tapi Krisis Air Bersih

18 November 2016   09:13 Diperbarui: 18 November 2016   10:11 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah studi yang dilakukan oleh PAM Jaya tahun 2007-2008 tentang kebutuhan air bersih untuk wilayah DKI Jakarta menujukkan pada tahun 2015 kebutuhan air untuk wilayah DKI Jakarta mencapai 26.100 liter/detik. Ini untuk memenuhi standar kelayakan kebutuhan air bersih sebesar 49,6 liter/detik/kapita. Bahkan, pada tahun 2002 UNESCO menetapkan air bersih sebagai hak dasar manusia sebanyak 60 liter/kapita/hari. Sedangkan Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, menetapkan standar kebutuhan air bersih berdasarkan lokasi wilayah. DKI Jakarta yang diklassifikasi sebagai kota metropolitan standar kebutuhan air bersih adalah 150 liter/kapita/hari.

Celakanuya, dua operator yang mengelola air bersih PAM Jaya yaitu Aetra di wilayah timur dan Palyja di wilayah barat (dibagi berdasarkan aliran Sungai Ciliwung) hanya mempu memproduksi air bersih 17.000 liter/detik. Itu artinya ada defisit sebesar 9.100 liter/detik. Dalam bahasa Meyritha Maryanie, Corporate Communications and Social Responsibility Division Head, PT PAM LYONNAISE JAYA (PALYJA), “Defisitnya itu luar biasa.”  Hal ini disampiakan Meyritha kepada kompasianer dalam acara “Kompasiana Visit PALYJA: Optimasi Instalasi sebagai Solusi Defisit Air Bersih Jakarta”, 3/11-2016 ke IPA 1 Pejompongan dan IPA Taman Kota.

Repro: PALYJA
Repro: PALYJA
Air Baku

Tentu saja kekhawatiran Meyritha beralasan karena selain produksi yang rendah pasokan air baku (raw material) pun tidak seperti yang diharapkan serta kualias air baku yang kian buruk. Bahkan, IPA Taman Kota pernah berhenti mengolah air baku dari Cengkareng Drain, anak sungai Kali Pesanggrahan, karena kualitas air baku yang buruk seperti kandungan amonium dan deterjen.

Biar pun Jakarta sering banjir baik karena hujan maupun air kiriman melalui sungai dari Jawa Barat, tapi air baku tetap jadi masalah karena air hujan dan air bah tidak bisa ditampung untuk disimpan. Bahkan, dari 13 sungai yang melewati Jakarta hanya air dari 2 sungai, yaitu Kali Krukut dan Sungai Cengkareng Drain, saja yang bisa dipakai sebagai bahan baku untuk diolah jadi air bersih yang memenuhi standar dan kualitas yang ditetapkan pemerintah. Kedua sungai ini menyumbang 5,7 persen.

Lalu, dari mana PAM Jaya mencari air baku untuk memenuhi kebutuhan PALYJA dalam menyediakan air bersih?

palyja4-582e5cc1b59373cb042f5ad5.jpg
palyja4-582e5cc1b59373cb042f5ad5.jpg
Tentu saja sumber air baku dua sungai itu sangat kecil, akibatnya PALYJA tergantung kepada posakan air baku dari luar Jakarta. Kekurangan air baku ini tidak main-main karena sangat besar yaitu 94,3 persen. Air baku ini diperoleh dari Waduk Jatiluhur melalui Kanal Tarum Barat, yang lebih dikenal dengan Kali Malang, merupakan sumber terbesar. Sebagai sumber air baku berupa air curah Waduk Jatiluhur memenuhi kebutuhan air baku Palyja sebesar 62,5 persen. Sedangkan sisanya air curah diperoleh dari sumber air berupa air olahan dari IPA Serpong (31 persen) dan air olahan dari IPA Cikokol (0,8 persen). “Kami maklum karena air Waduk Jatiluhur juga untuk keperluan irigasi,” kata Meyritha seakan menghibur diri. Memang, waduk itu menjadi sumber utama pengairan sawah di beberapa kabupaten di Jawa Barat, seperti Bekasi, Karawang, dll.

Meyritha Maryanie (Sumber: kompasiana.com/Gapey Sandy)
Meyritha Maryanie (Sumber: kompasiana.com/Gapey Sandy)
Tapi, air baku dari Jatiluhur dan sumber lain pun tidak semerta memenuhi kebutuhan air baku PALYJA. Dari Jatiluhur, misalnya, sejak tahun 1998 pasokan justru sering terganggu karena faktor-faktor teknis dan nonteknis. Kalimalang yang jadi urat nadi penyaluran air baku dari Jatiluhur merupaka saluran di permukaan tanah yang terbuka. Kondisi ini sangat rentan terhadap berbagai gangguan yang disengaja, misalnya jadi tempat pembuangan sampah, serta bencana alam, seperti tanggul jebol.

Itulah yang disebutkan oleh Budi Susilo, Direktur CSU PALYJA, kebiasaan kita yang selama ini membelakangi sungai sehingga sungai dijadikan sebagai ‘tong sampah’. Untunglah Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, yang lebih dikenal dengan panggilan Ahok, menjalankan program untuk membersihkan kali. Langkah Ahok ini jelas sangat mendukung PALYJA karena kualitas air baku kian bagus.

Namun, PALYJA tidak bisa menunggu air sungai-sungai yang melewati Jakarta memenuhi standar air baku untuk diproses sebagai air bersih. Selain itu kualitas air tanah di Jakarta, terutama di wilayah utara dan barat, tidak lagi layak dikonsumsi karena pencemaran dan intrusi air laut. Bahkan, berbagai studi menunjukkan intrusi air laut sudah masuk ke wilayah Jakarta Pusat. Dengan kondisi ini warga Jakarta menggantungkan kebutuhan akan air bersih kepada PALYJA di belahan barat dan Aetra di belahan timur.

Cakupan layanan PALYJA, yang mencangkan program “Bersama Demi Air”, dialirkan melalui pipa sepanjang 5.400 km. Dari panjang jaringan ini 1.100 km merupakan jaringan pipa baru dan 1.060 km jaringan pipa lama yang direhabilitasi.  Dengan produksi dan jaringan ini akses layana PALYJA mencapai 73,23 persen dengan cakupan layanan 60 persen. Setelah beroperasi selama 18 tahun dengan dana investasi lebih dari Rp 2 triliun PALYJA berhasil menambah jumlah pelanggan dari 201.000 menjadi 404.769 sambungan. Total volume air bersih yang terjual mencapai 160,3 juta meter kubik. Yang paling banyak mendapat akses sambungan air bersih baru adalah masyarakat berpenghasilan rendah yaitu mencapai 451,97 persen dari kondisi sebelum PALYJA beroperasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun