Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Bupati Aceh Utara Membiarkan Pengidap HIV/AIDS Mati

18 September 2016   11:10 Diperbarui: 18 September 2016   11:24 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(4) Apakah Pak Bupati bisa menjamin tidak ada perempuan dewasa warga Aceh Utara yang melakukan hubungan seksual, di dalam dan di luar nikah, dengan laki-laki dewasa asal luar Aceh Utara atau di luar Aceh Utara?

(5) Apakah Pak Bupati bisa menjamin tidak ada warga Aceh Utara yang menyalahgunakan narkoba (narkotik dan bahan-bahan berbahaya) dengan jarum suntik secara bersama-sama dengan jarum yang dipakai bersama-sama?

Jika jawaban dari lima pertanyaan di atas salah satu saja TIDAK, maka ada warga Aceh Utara yang berisiko tertular HIV dan warga yang tertular HIV inilah yang akan menyebarkan HIV/AIDS di Aceh Utara, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.

Agaknya, cara berpikir Pak Bupati ini tetap berada 35 tahun yang lalu di awal epidemi HIV/AIDS ketika banyak orang hanya melihat penularan HIV/AIDS pada kalangan laki-laki gay dan PSK. Cara berpikir yang mundur empat dekade.

Padahal, HIV/AIDS di kalangan PSK justru dibawa oleh laki-laki ‘hidung belang’ yang dalam kehidupan sehari-hari bisa sebagai seorang pejabat, pegawai, karyawan, aparat, rampok, maling, mahasiswa, copet, sopir, pilot, pelaut, wartawan, dll. Laki-laki ini dalam kehidupan sehari-hari bisa sebagai seorang suami, pacar, selingkuhan, suami kawin-kontrak, suami nikah mut’ah, dll.

Pernyataan Pak Bupati yang tidak manusiawi itu menghujat hati nurani istri-istri yang tertular HIV/AIDS dari suami, bayi dan anak-anak yang tertular HIV dari ibu mereka, dan orang-orang yang tertular HIV dari transfusi darah.

Apakah Pak Bupati memikirkan dampak buruk pernyatannya? Ternyata tidak karena pola pikir yang mundur tadi. Pernyataan ini membuktikan pemahaman Pak Bupati terhadap HIV/AIDS sebagai fakta medis sangat rendah: “Yang perlu kita tingkatkan (himbauan) kepada orang tuanya agar menjaga anaknya. memberi pendidikan,” kata Muhammad Thaib.

Nah, Pak Bupati rupanya tidak mengetahui kalau banyak anak-anak yang justr tertular HIV dari ibunya, sedangkan ibu mereka tertular HIV dari suami. Yang perlu dididik bukan anak-anak, tapi orang-orang tua, dalam hal ini laki-laki dewasa, agar menjaga perilaku seksnya sehingga tidak tertular HIV/AIDS.

Pemahaman Pak Bupati terhadap HIV/AIDS sebagai fakta medis yang sangat rendah bisa disimak dari pernyataan ybs.: Menurut bupati, menggunakan dukun beranak juga dapat menyebabkan timbulnya HIV AIDS.

Pertanyaan yang sangat mendasar adalah: bagaimana cara penularan HIV/AIDS dari dukun beranak ke ibu yang melahirkan? Celakanya, wartawan hanya mengutip pernyataan bupati tanpa bertanya lebih jauh tentang pernyataan tsb.

Pemahaman wartawan yang menulis berita ini terhadap HIV/AIDS memang jeblok sampai ke titik nadir. Buktinya ini: “Kebeberadaan klinik ini diharapkan dapat membantu korban hiv aids dan dapat mencegah penyebaran penyakit mematikan tersebut.” Sampai hari ini (18/9-2016) belum ada kasus kematian karena HIV/AIDS. Kematian pada pengidap HIV/AIDS terjadi karena penyakit-penyakit yang ada pada masa AIDS, disebut infeksi oportunistik, seperti diare, TBC, dll. Masa AIDS secara statistik terjadi antara 5-15 tahun setelah tertula HIV. Sekarang masa AIDS tidak masalah lagi karena sudah ada obat ARV yang menekan pertambahan jumlah virus (HIV) di dalam darah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun