Aktivitas dan mobilitas masyarakat yang kian tinggi, terutama di kota-kota besar, membuat kesempatan untuk bertemu secara bersama-sama, seperti di meja makan, kian terbatas. Bisa jadi sekolah dan kantor jauh dari rumah. Transportasi umum dan prbadi pun terhalang kemacetan yang parah sehingga waktu habis di perjalanan. Padahal, dalam lingkup keluarga meja makan menjadi tempat yang sangat familiar untuk memupuk rasa kekeluargaan dan keakraban sesama anggota keluarga.
Karena aktivitas sebagian besar anggota keluarga terjadi di luar rumah, bahkan di luar kota, diperlukan cara-cara lain yang bisa menggantikan suasana makan bersama di rumah sebagai substitusi di luar rumah. Artinya, suasana makan di meja makan di rumah dibawa ke luar rumah. Soalnya, kalau harus tetap di rumah tidak bisa diatur waktu yang pas bagi semua anggota keluarga karena hadangan kemacetan yang menjadi bagian dari kehidupan di perkotaan.
Maka, yang diperlukan adalah suasana makan bersama di rumah yang dipindahkan ke meja makan di rumah. Tempat di luar rumah, tapi suasana tetap seperti di rumah. Tentu saja tidak semua restoran memahami kondisi itu.
“Meja-meja di restoran kami (Kentucky Fried Chicken/KFC-pen.) dirancang khusus untuk keluarga,” kata Hendra Yuniarto, GM Marketing KFC Indonesia, dalam acara Kompasiana Nangkring bersama KFC “Saat Santap, Saatnya Berkumpul bersama Keluarga” di KFC Kemang, Jakarta Selatan (20/8-2016). Di restoran KFC tidak ada meja panjang karena semua meja yang disediakan adalah meja yang dikelilingi oleh 2 dan 4 kursi. KFC jadi restoran cepatsaji terkenal karena ada di hampir semua provinsi di Tanah Air dengan 400-an gerai. Restoran ini merupakan bentuk waralaba.
Format itu, menurut Hendra, bagian dari layanan restoran KFC untuk memberikan ruang dan waktu bagi keluarga, kerabat dan teman makan bersama dengan suasana di rumah.
Waktu santap bersama ini pun disepakati bersama sehingga semua sudah dalam kondisi ‘bebas’ sehingga tidak dikejar waktu ketika sedang santap makanan favorit di restoran KFC. Berbagai studi menunjukkan makan bersama di satu meja makan membawa manfaat bagi anggota keluarga karena terjadi interaksi yang harmonis.
Yang dibicarakan pun cerita-cerita ringan atau obrolah santai seputar pekerjaan, sekolah atau kampus. Si ibu yang tidak bekerja pun bisa nimbrung dengan persoalan dapur atau arisan keluarga. Di meja makan bukan mencari solusi terkait dengan satu masalah yang dihadapi anggota keluarga, tapi saling bercerita pengalaman hari itu sebagai bagian dari komunikasi keluarga.
Cerita-cerita ringan, apalagi berbau lelucon, menjadi bumbu penyedap suasana santap bersama. Jika santap bersama dipilih makan siang, maka ibu, kalau tidak bekerja, pulang ke rumah bersama si kecil yang masih sekolah dan si kakak yang kuliah. Bapak kembali ke kantor, juga kalau ada anak yang sudah bekerja juga kembali ke tempat kerja. Kalau santap bersama dipilih makan malam, maka selepas santap bersama langsung pulang ke rumah dengan perut kenyang dan hati riang. Tidur pun pulas dihiasi dengan mimpi pula.
Soal adab yang mengatakan bahwa tidak baik berbicara ketika sedang makan bukanlah halangan. Soalnya, yang tidak sopan adalah berciara ketika makanan ada di dalam mulut. Nah, ini jelas memberikan waktu bagi yang tidak sedang mengunyah makanan untuk berbicara dan yang sedang mengunyah mendengarkan. Kondisi ini menjadi ‘polisi’ bagi lalu lintas pembicaraan sehingga tidak terjadi pembicaraan yang saling tabrakan.
Di Restoran KFC Kemang, Jakarta Selatan, misalnya, di pagi hari menjelang siang ibu-ibu muda menjadikan restoran itu sebagai tempat menyuapi anak-anak mereka sambil bermain. Di beberapa restoran memang disediakan sarana bermain untuk anak-anak yang akhirnya dimanfaatkan ibu-ibu muda untuk menyuapi anak-anak mereka. Maklum, tidaklah mudah membujuk anak-anak agar makan sehingga diperlukan cara-cara yang menyenangkah mereka agar dengan mudah disuapi. Happp .... sesuap makanan masuk ke mulut Si Kecil .... Si ibu kemudian berbicang dengan temannya. Si Kecil berlarian bermain bersama teman-temannya.