Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyoal Pemberian Nomor Urut pada Tragedi “Bom Bali”

23 Agustus 2016   12:06 Diperbarui: 23 Agustus 2016   16:48 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Polisi Indonesia Selidiki Rencana Teroris Serang Bali” Ini judul berita di dw.com (22/9-2016). Berita ini seakan menyentak karena pada tulisan: Ganti Penyebutan Nomor atau Angka pada (Urutan) “Bom Bali”(kompasiana.com, 13 Oktober 2010 yang diperbarui tanggal 23 Agustus 2016) tersirat bahwa pemberian angka atau nomor pada urut-urutan sebuah peristiwa bisa berlanjut.

Kejadian bom di Kuta, Bali, tanggal 12 Oktober 2002 dengan 202 korban meninggal dunia dan ratusa luka berat dan ringan dari berbagai bangsa dan negara disebut sbagai “Bom Bali I”. Dampak bom ini sangat pahit bagi warga Bali khususnya dan untuk Indonesia umumnya karena berdampak langsung terhadap kunjungan wisatawan, khususnya wisatawan manca negara (Wisman).

Warga Bali merangkak membenahi luka karena tragedi didukung oleh pemerintah melalui berbagai program untuk meyakinkan dunia bahwa Bali adalah tujuan wisata yang aman. Luka sudah pulih, wisman mulai berdatangan dan perekonomian rakyat mulai bangkit.

Tiba-tiba tanggal 1 Oktober 2005 terjadi lagi ledakan bom di Bali yaitu satu di Kuta dan dua di Jimbaran dengan korban 23 tewas dan 196 luka-luka. Bali pun tersentak lagi. Luka kembali nyeri dan perekonomian pun terpuruk. Celakanya, bom ini disebut sebagai “Bom Bali  II”.

Lagi-lagi warga Bali dan pemerintah bahu-membahu memperbaiki citra dan perekonomian agar dunia yakin bahwa Bali adalah daerah tujuan wisata yang aman dan nyaman. Jalan terjal yang dilalui untuk memperbaiki citra Bali seakan tidak pernah sampai ke tujuan karena benturan-benturan lain, seperti ledakan bom dan kerusuhan, terus terjadi di berbagai daerah di Nusantara.

Perjalanan masih panjang, tapi di tengah perjalan muncul pula kabar bahwa ada rencana teror yang ditujukan ke Bali. Pemerintah melalui kepolisian sudah menangkap beberapa anggota kelompok militan di Lampung dan daeraeh lain. Polisi menemukan bahan pembuat bom berdaya ledak tinggi.

Disebutkan bahwa Satuan Antiteror Densus 88 menyelidiki plot-plot serangan bom ke Bali berdasarkan informasi yang diperoleh dari militan yang ditangkap di beberapa daerah di Indonesia. Teroris di Indonesia memanfaatkan daerah-daerah yang ‘dikenal’ luas di dunia internasional sebagai sasaran agar kabar aksi mereka mendunia.

Walupun tidak ada kaitan langsung antara pemberian angka atau nomor pada suatu peristiwa bahwa peristiwa itu akan terus terjadi, tapi perlu juga diperhatikan karena dengan menyebut angka atau nomor urut menunjukkan jumlah kejadian (buruk) di Bali. Ini akan berdampa buruk bagi pariwisata Bali khususnya dan Indonesia umumnya.

Akan lebih baik kalau disebut bulan dan tahun peristiwa saja sehingga tidak ada kejadian buruk yang akan mengikuti karena tidak ada urutan peristiwa. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun