Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menyiapkan Nama yang Mendunia untuk Bandara Baru Yogyakarta di Kulon Progo

10 Mei 2016   17:03 Diperbarui: 10 Mei 2016   17:14 1084
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi orang Malaysia nama bandar udara (bandara) baru di Sepang, Selangor, Malaysia, sekitar 58,9 km arah selatan Kuala Lumpur sangat berarti karena akronimnya mereka ucapkan dalam ejaan bahasa Inggris yaitu Kei-El-Ai-Ei (KLIA) yakni Kuala Lumpur International Airport.

Sangat jauh berbeda dengan nama-nama bandara di Indonesia. Tak satupun yang mendunia dan sangat sulit untuk disebutkan dengan akronim yang khas. Lihat saja bandara di Denpasar yang diberi nama Ngurah Rai. Kalau saja nama bandara itu Bali International Airport, maka akronimnya dieja Bi-Ai-Ei (BIA). [Nama Bandara di Indonesia (yang) Tidak Mendunia]

Presiden Joko Widodo menggelar rapat terbatas (ratas) membahas Rencana Pembangunan Bandar Udara (Bandara) di Yogyakarta yang menurut rencana akan menjadi pengganti Bandara Adisutjipto yang saat ini sudah kelebihan kapasitas. Menurut Presiden, saat ini Bandara Adisutjipto melayani 3,5 juta penumpang per tahun, padahal kapasitasnya hanya 1,5 juta penumpang. “Dan dengan peningkatan kapasitas di bandara baru ini akan memberikan dampak dan nilai tambah pada perekonomian daerah, khususnya DIY dan sekitarnya,” kata Presiden Jokowi (baranews.co, 10/5-2016).

Maka, menyiapkan nama yang khas dan mendunia untuk bandara baru itu jadi penting karena terkait dengan call sign bandara itu kelak. Jangan seperti Bandara Soekarno-Hatta call sign-nya CGK yang mengacu ke Cengkareng, nama kecamatan di Kabupaten Tangerang, Banten, karena lama sekali bandara itu baru diberi nama. Ketika diberi nama Soekarno-Hatta International Airport tidak pula disertai dengan akronim yang tepat, sehingga muncullah Soetta, dll. Padahal, bisa saja disebut SHIA (Es-Eij-Ai-Ei). Tapi, akronim ini tidak familiar karena agak susah dieja dalam bahasa Inggris.

PT Angkasa Pura II secara resmi meminta kepada airline agar memakai sebutan yang pas. Bukan "Selamat Datang di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta di Cengkareng, Jakarta", tapi "Selamat Datang di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten". Maklum, nama bandara di Indonesia memang selalu dikaitkan dengan nama kota tempat bandara. Tapi, bandara tidak dikelola oleh kabupaten atau kota, tapi oleh pemerintah melalui Perum Angka Pura.

Soal nama bandara baru Yogyakarta, terletak di Kecamatan Temom, Kabupaten Kulonprogo, DI Yogyakarta, kelak amat penting dan strategis. Jangan seperti Bandara Kualanamu yang tidak dikenal dunia (Kuala Namu, Nama Bandara Medan yang Tidak Mendunia). Pemakaian nama daerah, kota dan nama pahlawan untuk bandara di dunia sangat terbatas. Nama-nama tsb. sangat mudah diingat dan singkatannya pun bagus. Misalnya, bandara di New York dinamai John F Kennedy dengan akronim JFK.

Mosok nanti kota Yogyakarta yang merupakan daerah tujuan utama wisatawan nusantara dan dunia memakai nama bandara “Kulon Progo International Airport”. Duh, ini benar-benar , se tidak menaikkan marwah ‘Kota Gudeg’ itu di mata dunia. Bandara yang akan beroperasi mulai tahun 2020 itu kabarnya diberi nama New Yogyakarta International Airport dengan akronim NYIA (En-Wai-Ai-Ei). Bunui akronim ini tidak elok dieja dalam bahasa Inggris.

Bagaimana kalau kita sebut “Jogja International Airport” dengan singkatan JIA dieja Jei-Ai-Ei? Bisa juga ‘Borobudur Jogja International Airport’ (BJIA) yang dieja sebagai Bi-Jei-Ai-Ei. Bisa juga ‘Sultan International Airport’ (Es-Ai-Ei), atau ‘Kraton International Airport’ (Kei-Ai-Ei).

PT Angkasa Pura I sebagai pengeola bandara baru itu akan menyiapkan dua moda transportasi dari dan ke bandara yaitu angkutan darat (bus dan taksi) melalui jalan raya dan jalan tol, serta jalur rel untuk kereta api (KA). Masalahnya, PT KAI harus membangun jaringan rel baru dari bandara ke jalur rel yang sudah ada.

Berkaca pada bandara-bandara besar dunia KA menjadi penopang utama jalur transportasi dari bandara ke kota. Ini baru ada di Bandara Kualanamu yang mengang dekat dengan jalur rel KA Medan-Rantau Prapat. Dengan KA penumpang pesawat, penjemput, pengantar dan masyarakat akan lancar dari dan ke bandara melalui stasiun Tugu atau Lempuyangan di tengah kota Yogyakarta. ***

Ilustrasi (Repro: bandara.web.id)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun