Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

AIDS di Kab Sukabumi Jabar: Gay Bukan (Karena) Korban Sodomi

11 Maret 2016   15:30 Diperbarui: 11 Maret 2016   15:37 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

HIV/AIDS pada gay ada di ‘terminal’ terakhir karena mereka tidak akan menyebarkan HIV/AIDS di masyarakat. Bandingakan dengan 1 laki-laki dewasa yang beristri. Jika dia mengidap HIV/AIDS, maka laki-laki ini akan jadi mata ratai penyebaran HIV/AIDS secara horizontal di masyarakat, al. melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah. Bisa jadi ada yang beristri lebih dari satu, dan sering pula ngeseks dengan PSK. Jika istri dan pasangan seks mereka tertular HIV ada pula risiko penularan HIV secara vertikal dari ibu-ke-bayi yang dikandungnya.

Entah apa yang ada di benak Wakil Supervisor Pengendalian Penyakit HIV/AIDS dan Inveksi Seksual Menular, Dinkes Kabupaten Sukabumi, Didi Sukmadi, ini sehingga dia hanya menyebutkan gay.

Di bagian lain disebutkan: Kalangan gay, kata Didi, resiko terkena HIV/AIDS sangat tinggi dibandingkan perilaku seksual lainya

Pertanyaan untuk Didi: Kalau begitu, mengapa jumlah kasus AIDS secara nasional lebih banyak pada heteroseksual, yaitu 3,46 persen (homoseksual) dan 66,74 persen (heteroseksual)?

Kalau dipakai analogi pernyataan Didi maka kasusnya terbalik yaitu yang paling banyak ada pada homoseksual.

Lalu, apakah seks anal pada suami-istri dan pada laki-laki heteroseksual dan waria tidak berisiko? Mengapa hanya menyebut seks anal pada gay?

Disebutkan pula dalam berita: “Kami perkirakan jumlah saat ini lebih dari 2.000 gay. Untuk data 2015 belum kami rekap, sehingga belum pasti jumlah penambahannya,” kata Direktur Lensa Sukabumi Daden Sukendar.

Ini benar-benar fantastis karena populasi gay di masyarakat sangat kecil. Apakah Pak Direktur tidak salah paham dengan menyebut waria sebagai gay? Soalnya, dalam berita sama sekali tidak ada catatan tentang kasus HIV/AIDS pada waria. Atau di Kab Sukabumi memang tidak ada waria karena semuanya gay?

Daden katakan pula: “30 persen gay yang ada di Kabupaten Sukabumi adalah korban sodomi dari pelaku sebelumnya. Sehingga dirinya melampiaskan yang pernah dialaminya ke lelaki lain.”

Ini benar-benar salah kaprah. Gay adalah salah satu orientasi seksual yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan sodomi. Seks anal berbeda dengan sodomi. Seks anal adalah satu satu cara melakukan hubungan seksual, sedangkan sodomi adalah perbuatan melawan hukum karena melakukan hubungan seksual secara paksa ke bagian yang tidak semestinya.

Penjelasan Daden tentang gay kian ngawur bin ngaco: Untuk faktor ekonomi, biasanya orang tersebut bergaya borjuis tapi tak punya uang, sehingga menjual diri ke lelaki lagi. Gay tidak jual diri tapi mereka menjalin hubungan asmara dengan sesama jenis. *** [Syaiful W. Harahap – AIDS Watch Indonesia] ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun