Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Orientasi Seksual Bukan Penyebab HIV/AIDS

5 Maret 2016   11:16 Diperbarui: 5 Maret 2016   12:43 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Disebutkan lagi “Hal itu karena hubungan homoseksual sangat rentan terhadap risiko penularan HIV/AIDS”. Ini tidak akurat karena yang rentan tertular HIV bukan karena orientasi seksual (heteroseksual, biseksual, dan homoseksual), tapi karena hubungan seksual, di dalam dan di luar nikah, dilakukan dengan yang mengidap HIV/AIDS dan laki-laki atau suami tidak memakai kondom setiap kali sanggama.

Hubungan seksual pada homoseksual, khususnya gay dan biseksua., adalah melalui seks anal dan seks oral. Perlu diingat ini juga dilakukan oleh sebagian pasangan heteroseksual, termasuk suami-istri.

Ada pula pernyataan Achyani: .... homoseksual adalah perilaku hubungan seksual berbahaya dan bisa jadi penyebab penularan HIV/AIDS.

Ini adalah mitos (anggapan yang salah) tentang HIV/AIDS karena risiko tertular HIV melalui hubungan seksual bukan karena orientasi seksual (homoseksual), tapi karena kondisi hubungan seksual yaitu salah satu atau kedua-duanya mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom setiap kali sanggama. Ini fakta.

Hubungan seksual pada heteroseksal juga ‘berbahaya’ kalau dilakukan tanpa kondom, di dalam dan di luar nikah, dengan pasangan yang berganti-ganti atau dengan seseorang yang sering ganti-ganti pasangan, seperti pekerja seks komersial (PSK) langsung dan PSK tidak lansung.

(1) PSK langsung yaitu PSK yang kasat mata, seperti PSK di lokasi atau lokalisasi pelacuran, di jalanan, dan tempat lain.

(2) PSK tidak langsung yaitu PSK yang tidak kasat mata, seperti cewek pemijat di panti pijat plus-plus, karyawati salon kecantikan di salon plus-plus, cewek kafe, cewek pub, cewek disko, cewek kafe remang-remang, ABG, ‘cewek kampus’, ‘ayam kampus’, ibu-ibu, cewek panggilan, cewek gratifikasi seks, dll.

Sosialiasi cara-cara penularan dan pencegahan HIV/AIDS melalui media massa dan media sosial sangat efektif, tapi kalau materi yang disampaikan tidak akurat yang ditangkap masyarakat cuma mitos.

Akibatnya, banyak orang yang tidak memahami cara-cara penularan dan pencegahan HIV/AIDS yang konkret. Pada akhirnya infeksi HIV baru akan terus terjadi dan kelak bermuara pada ‘ledakan AIDS’. *** [Syaiful W. Harahap – AIDS Watch Indonesia] ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun