“Deteksi Penyebaran Zika. Bisa Ditularkan Melalui Hubungan Seksual” Ini judul berita di Harian “KOMPAS” edisi 4 Februari 2016. Tentu saja penemuan ilmiah ini kian mengancam kesehatan global.
Badan Kesehatan Sedunia PBB (WHO) pun, seperti disampaikan oleh Presiden Joko Widodo, menebutkan bahwa menetapkan penyebaran virus Zika sebagai soal kesehatan global karena ini berpotensi menyebar ke seluruh dunia sehingga penanggulangannya butuh kerja sama internasional.
Pada awal epidemi virus ini menyebar di Afria, Asia khususnya Asia Tenggara, Karibia dan Mikronesia, tapi sampai akhir Januari 2016 ada 18 negara di Amerika Latin yang melaporkan kasus virus Zika. Data terakhir menyebutkan sudah 30 negara yang melaporkan virus Zika, termasuk Indonesia. Brazil melaporkan 16.490 warganya terdeteksi tertular viru Zika, 1.090 di antaranya menular ke perempuan hamil. Belakangan beberapa negara lain, seperti Amerika Serikat dan negara di Eropa juga melaporkan kasus virus Zika.
Zika aalah nama hutan di Uganda, Afrika, yang menjadi habitat monyet yang menjadi sumber penyebaran virus Zika. Virus ini merupakan Flavivirus yaitu kelompok Arbovirus yang merupakan bagian dari virus RNA. Kalangan ahli mengisolasi virus ini tahun 1948 dari monyet di hutan Zika di Uganda.
Kalangan ahli pada mulanya menyebutkan virus Zika ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yaitu nyamuk yang juga menularkan virus Dengue yang menjadi penyebab sakit demam berdarah, dan Chikungunya.
Karena media yang menularkan nyamuk, maka amatlah sulit mencegah penyebaran virus Zika karena di daerah tropis penyebaran nyamuk sangat tinggi. Agaknya, kondisi ini bisa membuat kalangan ahli agak lambat memikirkan vaksin dan obat virus Zika karena hanya ada di negara-negara tropis.
Laporan tentang virus Zika menyebutkan jika perempuan hamil terinfeksi virus Zika, maka bayi yang dilahirkan kelak kepalanya kecil (mikrosefali) sehingga mempengaruhi perkembangan otak si bayi.
Tapi, data ini diharapkan membalik paradigma berpikir kalangan ahli karena ada laporan terbaru dari AS. Dikabarkan Dr Tom Frieden, Direktur Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) AS, menyebukan ada kasus infeksi Zika secara seksual di Texas. Dikabarkan seorang perempuan di Texas yang tidak pernah meninggalkan AS terdeteksi tertular virus Zika. Pasangannya tertular virus Zika ketika berkunjung ke Venezuela, Amerika Latin. Tapi, Organisasi Kesehatan Pan American (PAHO) menyebutkan bahwa diperlukan lebih banyak bukti tentang penularan virus Zika melalui hubungan seksual.
Jika kelak WHO memastikan bahwa virus Zika bisa ditularkan melalui hubungan seksual, maka langkah-langkah penanggulangan dan pencegahan pun kita rumit dan pelik. Bahkan, di negara-negara subtropis yang tidak mempunyai populasi nyamuk Aedes aegyptii pun penyebaran virus Zika akan jadi masalah besar jika bisa ditularkan melalui hubungan seksual.
Yang akan jadi persoalan besar adalah jika informasi tentang penularan virus Zika melalui hubungan seksual tidak disampaikan dengan konkret, seperti halnya penularan HIV/AIDS, akan dikait-kaitkan dengan hubungan seksual di luar nikah, seperti pelacuran.
DI awal-awal epidemi HIV/AIDS informasi tentang penularan HIV melalui hubungan seksual tidak konkret karena selalu dikaitkan dengan pelacuran sehingga orang-orang yang sok moralis pun membalut lidahnya dengan moral dan mengaitkan penularn HIV dengan hubungan seksual di luar nikah.