Disebutkan pula: Hanya saja dari tahun 2015 jumlah penambahan ODHA berkurang dari tahun sebelumnya. "Penurunan ini menunjukkan jika kita sudah bisa mengendalikan penambahan ODHA. Tentunya ini juga peran dari masyarakat juga, yang semakin memiliki pemahaman pencegahan," kata Sekretaris KPA, Riswanto, kepada wartawan.
Yang berkurang adalah angka yang dilaporkan. Ini perlu dipertegas karena dari pernyataan Riswanto itu dikesankan yang turun insiden penularan HIV baru. Tentu saja tidak ada kaitan langsung antara jumlah kasus yang terdeteksi yang dilaporkan dengan insiden infeksi HIV baru karena orang-orang yang tertular HIV tidak semerta sakit atau menjalani tes HIV.
KTD
Terkait dengan isu ‘hamil di luar nikah’ yang dijadikan topik dalam berita ini ada fakta yang juga digelapkan yatu tanggung jawab laki-laki terhadap kehamilan pasangannya. Pemaparan dalam berita ini hanya menohok perempuan yang mengalami kehamilan tak diinginkan (KTD).
Selain itu tidak ada pula angka pembanding berupa jumlah KTD di kalangan perempuan dewasa, termasuk istri. “Penelitian Yayasan Kesehatan Perempuan (YKP) Jakarta pada tahun 2003 di sembilan kota di Indonesia (Medan, Batam, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Mataram, dan Makassar) dengan responden 1.446 menunjukkan hasil yang lain dari ‘data’ yang diumbar selama ini.” Yaitu, 87 persen aborsi dilakukan perempuan bersuami. (Aborsi, Hujatan Moral yang Ambiguitas terhadap Remaja Putri).
Peranan laki-laki dalam kasus-kasus KTD tsb. sama sekali diabaikan oleh wartawan yang menulis berita ini. Semua kesalahan ada pada perempuan yang mengalami KTD.
Disebutkan “Faktor lain, kurangnya insiatif orang tua mengedukasi anak-anak tentang kesehatan reproduksi. Alasannya, masih dianggap tabu.”
Tidak jelas apakah pernyataan ini kesimpulan wartawan atau kutipan dari pernyataan Koordinator Penelitian dan Diseminasi Data Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) DIY, Aprilia Ike Nurwijayanti, yang jadi narasumber dalam berita ini.
Lagi-lagi menyalahkan orang tua. Apakah anak-anak yang sudah diedukasi orang tua, mendapatkan pendidikan kesehatan reproduksi, dll. otomatis tidak akan pernah (lagu) mengalami KTD?
Mengapa peranan laki-laki pasangan remaja-remaja yang mengalami KTD itu diabaikan? Bisa jadi ada di antara laki-laki itu yang justru suami yang sudah paham tentang masalah seks dan kehamilan.
Yang membuat laki-laki tidak takut menghamili adalah masyarakat, termasuk sebagian pakar dan tokoh, selalu menyalahkan perempuan. Padahal, dalam pandangan alm Sartono Mukadis, psikolog UI, tanggung jawab ada pada laki-laki. Dalam berbagai kesempatan wawancara dengan Sartono disampaikan bahwa salah satu langkah mengatasi KTD adalah mendorong laki-laki agar bertanggung jawab menjaga kesucian pasangannya.