Baca juga: Nasib ‘Pengantin AIDS’ di Makassar, Sulsel, yang Berkali-kali Diusir Tetangga
Terakhir kami bertemu di Makassar tahun 2007 pada sebuah lokakarya. Nuraini saya minta menceritakan derita yang dialaminya sebagai ’pengantin AIDS’.
Setelah itu komunikasi terus berlanjut melalui SMS. ”Bang, kirim ka pulsa.” Suatu hari saya menerima SMS dari nomor ponsel Nuraini, tapi kali ini mengabarkan bahwa dia telah tiada. Selamat Jalan, Sahabat.
Ulah wartawan terhadap Odha juga dialami oleh Cece, bukan nama sebenarnya. Gadis ini dipulangkan dari Riau karena terdeteksi mengidap HIV/AIDS.
Ayahnya bingung karena Cece belum sampai ke rumah di Cibuaya, Kab Karawang, Jabar, tapi petugas dari berbagai instansi dan wartawan sudah berkerumum di depan rumahnya bertanya tentang Cece.
Lho, koq bisa?
Rupanya, radiogram dari Pemda Riau ke Pemda Jabar ’dibocorkan’ ke wartawan sehingga wartawan pun ramai-ramai ’memburu’ Cece.
Dicaci-maki Tetangga
Akibat pemberitaan media massa yang gencar penduduk di sekitar rumahnya pun mencaci-maki, mencela, dan mencibir Cece dan keluarganya.
Ayahnya tidak lagi mendapat pekerjaan sebagai kuli tani. Telur asin yang dijual ibunya pun tidak pernah lagi dibeli orang.
Mereka kemudian pindah ke satu tempat di Cikarang, Jabar, dan bekerja di lio (tempat pembuatan batu bata). Tapi, nasib keluarga ini juga apes karena pemilik lio mengusir mereka.