Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Serial Santet #1 | Kiriman Gaib untuk Mencelakai

8 Juli 2013   04:07 Diperbarui: 14 Juni 2018   03:45 10962
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

 

“Pak, hati-hati! Ada ’kiriman’ dari salah seorang saudara Bapak dari kampung.” (salah satu kota di bagian selatan Sumatera Utara).

Itulah bunyi SMS yang saya terima tanggal 5/7-2013 pukul 20.00.

Kiriman? Kiriman apa? Malam-malam?

Tentulah itu yang muncul di pikiran banyak orang jika membaca bunyi SMS itu.

Apa iya, sih, ada jasa kurir yang mengantarkan kiriman malam hari?

Tentu saja bukan kiriman yang memakai jasa kurir, tapi kiriman secara gaib (tidak kelihatan).

Selepas salat isya ada bunyi benda besar jatuh di loteng rumah. Saya kabari ke Banten dan Tasikmalaya tentang kejadian itu.

Bunyi-bunyi yang khas biasanya seperti pasir ditebarkan atau seperti bunyi benda besar jatuh.

Tapi, plafon tidak akan rusak dan di atas pun tidak ada benda. Padahal, kalau mendengar bunyi yang terjadi pastilah plafon jebol.

Rupanya, yang di Banten dan Tasikmalaya, yang sejak delapan tahun yang lalu, membantu saya menghadapi ’kiriman-kiriman’ dalam bentuk ghaib sudah mengetahuinya.

”Saya akan tarik yang sudah masuk ke badan Bapak,” kata yang di Tasikmalaya.

Bersamaan dengan SMS dari Tasikmalaya masuk pula SMS dari Banten: ”Aduh, kembali lagi ada kiriman dari kampung.”

Dua-duanya jawabannya sama. Padahal, mereka tidak saling kenal.

Kabar dari Banten lebih rinci karena diberitahu asal benda yang dikirim: Kalau Bapak keluar dari jalan di depan rumah ke jalan raya belok ke kiri. Kira-kira lima kilometer.

Minggu sebelumnya benda yang dikirim dari kampung masuk ke sendi bahu kiri. Saya pergi ke Banten. Benda-benda itu diambil.

”Pengiriman” benda-benda yang memakai ’jasa’ makhluk halus dengan umpan minyak yang disuling dari sejenis kayu di Turki itu biasanya dilakukan pada malam Selasa dan malam Sabtu.

Gambaran ril yang disampaikan dari Banten menyebutkan bahwa saudara yang memakai jasa dukun itu untuk mengirimkan ’benda-benda’ mengeluarkan uang dalam tiga tahap, yaitu Rp 7 juta, Rp 4 juta dan Rp 6 juta.

”Sangat jelas terlihat sosok laki-laki yang menyerahkan uang kepada dukun yang mengirimkan benda-benda itu,” kata yang di Banten. ”Berkulit hitam.”

Yang mengirimkan benda itu sendiri laki-laki tua berumur sekitar 60 tahun yang membuka ’prektek’ semacam paranormal. Bukan penduduk asli daerah itu dan sebenarnya tidak pemeluk Islam.

Alasan saudara di kampung memakai dukun untuk mencelakai saya ternyata berkaitan dengan harta warisan. Celakanya, harta warisan itu dikuasai oleh adik bukan saya.

Tapi, karena saya anak tertua mereka anggap saya bersekongkol untuk menguasai tanah tsb.

Persoalannya adalah saudara itu tidak mengirimkan ancaman: bagi harta atau saya santet! Iulah sebabnya saya tidak tahu apa alasan saudara itu membayar dukun untuk menyantet saya.

Akibatnya, selama ini saya hanya meraba-raba apa alasan saudara itu mencelakai saya.

Sebelum ‘kiriman’ tsb. mendarat di rumah ada keponakan yang datang. Nah, keponakan itulah yang mereka manfaatkan untuk membawa ‘benda pertanda’ ke rumah, seperti: beras, kertas, dll. Memang, beberapa hari setelah keponakan tadi datang ke rumah ada beberapa bulir beras di teras.

‘Benda pertanda’ itulah yang menjadi “kompas” bagi makhluk halus yang membawa ‘kiriman’ secara gaib untuk mencari (posisi) saya.

Kegiatan pengiriman ‘benda’ dengan makhluk halus merupakan bentuk santet (adalah upaya seseorang untuk mencelakai orang lain dari jarak jauh dengan menggunakan ilmu hitam. Santet dilakukan menggunakan berbagai macam media antara lain rambut, foto, boneka, dupa, rupa-rupa kemang, dan lain-lain. Seseorang yang terkena santet akan berakibat cacat atau meninggal dunia. Santet sering di lakukan orang yang mempunyai dendam kepada orang lain (id.wikipedia.org).

Sendi bahu kiri saya memang nyeri. Saya berobat ke rumah sakit di Jakarta Timur tapi tetap tidak sembuh. Setelah benda di bahu  saya diambil di Baten kondisinya jauh lebih baik. Tidak nyeri lagi.

 Saya tidak tahu entah sampai kapan saudara di kampung itu berhenti mengganggu saya dengan mengirim ’paket’ secara gaib. ***[Syaiful W. Harahap]***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun