Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Di Banyuasin, Sumsel, ’Mencari’ Pengidap HIV/AIDS dengan Razia

21 Mei 2012   01:36 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:02 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Sementara itu satu orang lainnya terindikasi akan positif HIV, jika dalam 2 bulan ke depan tak memperbaiki perilaku seksnya.” Ini pernyataan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuasin, dr Ayuhana Awam MSi, melalui staf Pengendalian Penyakit Menular, Mujahidin (Seorang Warga Palembang Teridentifikasi HIV/AIDS,tribunnews.com, 20/5-2012).

Pernyataan tsb. membingungkan. Bagaimana cara Dinkes Banyuasin bisa menetapkan indikasi bahwa seseorang akan positif HIV dalam dua bulan ke depan?

Biar pun perilaki seseorang berisiko tertular HIV tidak bisa diketahui kapan ybs. (akan) tertular HIV. Risiko tertular HIV bisa terjadi pada setiap hubungan seksual tanpa kondom, di dalam dan di luar nikah, dengan pasangan yang berganti-ganti atau dengan yang sering berganti-ganti pasangan, seperti pekerja seks dan waria.

Dikabarkan tes darah dari tujuh pasangan yang terjaring razia satu di antaranya terdeteksi mengidap HIV/AIDS.

Kasus kumulatif HIV/AIDS di Banyuasin dikabarkan 28 yang terdiri atas 13 HIV dan 15 AIDS.

Menutut Mujahidin: “Memang, untuk menemukan penderita HIV/AIDS ini kita harus turun langsung. Termasuk dengan ikut langsung razia penertiban seperti ini. Karena, kemungkinan penderita HIV/AIDS itu ada di sana. Karena tanpa mereka sadari HIV bisa menular dan jika tidak ditangani, bisa menjadi AIDS.”

Mujahidin boleh-boleh saja menerapkan langkah itu, tapi tanpa dia sadari laki-laki ’hidung belang’ yang tidak terdeteksi menjadi mata rantai penyebaran HIV di masyarakat, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.

Kalau di Banyuasin ada praktek pelacuran (di sembarang tempat dan sembarang waktu), maka pertanyaannya adalah: Apa langkah konkret Dinkes Banyuasin untuk menurunkan insiden infeksi HIV baru pada laki-laki yang melakukan hubungan seksual dengan pekerja seks?

Kalau tidak ada langkah yang konkret, maka penyebaran HIV/AIDS di Banyuasin akan terus terjadi. Kasus HIV/AIDS pada ibu-ibu rumah tangga dan bayi menjadi bukti perilaku berisiko laki-laki dewasa di Banyuasin. ***[Syaiful W. Harahap]***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun