”Pemerintah Kabupaten Gresik bersama seluruh unsur elemen masyarakat berjanji akan menjadikan Kota Santri ini bebas asusila.” (Gresik Dijamin Bakal Bebas Asusila, www.surabayapost.co.id, 22/03/2012).
Pertanyaannya adalah: Apakah ada jaminan tidak akan ada (lagi), terutama, laki-laki dewasa yang berbuat asusila di luar wilayah Kab Gresik?
Maka, yang perlu dikembangkan adalah membalik paradigma dalam menyikapi masalah sosial, terutama perbuatan asusila, terutama zina atau melacur dan minuman beralkohol serta judi.
Yang dilakukan Pemkab Gresik adalah menghancurkan tempat-tempat yang bisa dijadikan sebagai tempat untuk perbuatan asusila. Nah, mengapa tidak dibalik saja: Biar pun ada tempat maksiat tapi penduduk Kab Gresik tidak ada yang berbuat maksiat.
Dikabarkan ada gerakan ’bebas asusila’ di Gresik untuk mempertegas bahwa Kabupaten Gresik masyarakatnya memiliki karakter sosial yang kuat untuk memberantas asusila tanpa mematikan perputaran ekonomi masyarakat kalangan bawah.
Persoalan tentu akan muncul ketika warung-warung kecil di tepi jalan yang disebut-sebut jadi tempat ’esek-esek’ harus dibongkar. Warung itu sendiri jadi mata pencaharian kalangan bawah. Tanpa kegiatan ’esek-esek’ warung-warung itu akan ’mati suri’.
Disebutkan: ” .... Kita awasi dan tertibkan tempat yang dindikasikan jadi transaksi asusila."
Perbuatan asusila tidak hanya terjadi di tempat-tempat yang diindikaskan sebagai tempat transaksi seks atau minuman keras. Perbuatan asusila bisa terjadi di sembarang tempat dan setiap saat.
Disebutkan pula: ” ... deklarasi ini juga untuk menerapkan perda 22/2004 tentang sanksi bagi pelaku asusila secara utuh. Sehingga perda bukan hanya jadi pajangan tanpa pelaksanaan yang riel.”
Pertanyaannya: Bagaimana sanksi bagi penduduk Kab Gresik yang menjadi pelaku asusila di luar Kab Gresik?
Perilaku asusila penduduk, terutama laki-laki dewasa, kelak akan terbukti dari jumlah ibu rumah tangga yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS. Ibu-ibu rumah tangga tertular HIV dari suami. Ini membuktikan suami mereka melakukan perilaku asusila (baca: hubungan seksual berisiko) bisa di Gresik, di luar Gresik atau di luar negeri.
Maka, yang perlu adalah mengajak masyarakat agar tidak melakukan perbuatan asusila di wilayah Kab Gresik, di luar Gresik atau di luar negeri. ***[Syaiful W. Harahap]***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H