Kematian Odha (Orang dengan HIV/AIDS) hanya bagaikan angka-angka saja karena wartawan tidak membawa data tersebut ke realitas sosial. Akibatnya, masyarakat tidak memahami kaitan antara kematian seorang Odha dengan penyebaran HIV di masyarakat.
Lihat saja berita ini. “Satu lagi penderita AIDS meninggal di Dumai” (ANTARA News, 14/3-2012) sama sekali tidak membawa kematian itu ke realitas sosial. Dikabarkan tahun 2011 di Kota Dumai, Prov Riau, yang berpenduduk 270.000 jiwa itu sudah terdeteksi 126 kasus HIV/AIDS.
Odha yang baru meninggal adalah seorang laki-laki berusia 31 tahun. Laki-laki ini mempunyai istri muda karena istrinya tuanya sudah meninggal yang dikabarkan juga karena penyakit terkait HIV/AIDS.
Istri muda laki-laki itu berisiko tertular HIV. Kalau istrinya tertular HIV maka kelak ada pula risiko penularan HIV kepada bayi yang dikandung istrinya. Jika istri muda laki-laki itu tidak ditangani, maka dia akan menikah dengan laki-laki lain. Kalau istri muda itu mengidap HIV, selanjutnya akan menularkan HIV kepada suami barunya kelak. Kalau laki-laki yang meninggal itu juga pernah atau sering melacur, maka mata rantai penyebaran HIV kian besar.
Kalau laki-laki yang meninggal itu juga menjadi donor darah, maka ada pula risiko penularan HIV melalui transfusi darah karena uji saring darah di PMI tidak akurat kalau donor menyumbangkan darah pada masa jendela (tertular di bawah tiga bulan ketika mendonorkan darah).
Mata rantai itulah yang tidak dipahami masyarakat sehingga kematian pada Odha hanya dilihat sebagai angka belaka.
Padahal, ada masalah besar di balik kematian seorang Odha.
Sayang, informasi tentang HIV/AIDS yang dikemas dalam materi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tidak akurat sehingga masyarakat tidak menangkap fakta dari KIE karena informasi KIE hanya mitos (anggapan yang salah).
Perda AIDS Prov Riau pun tidak memberikan cara pencegahan yang konkret (Lihat: http://regional.kompasiana.com/2011/03/30/menyibak-peran-perda-aids-riau-dalam-penanggulangan-aids-riau/).
Tentu saja kematian terkait HIV/AIDS bukan yang terakhir karena masih ada penduduk yang sudah mengidap HIV/AIDS tapi tidak terdeteksi.
Tanpa langkah yang konkret, maka penyebaran HIV/AIDS di Kota Dumai akan terus terjadi. ***[Syaiful W. Harahap]***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H