Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dinkes Kalbar ‘Menembak’ ‘Cewek Karaoke’ Mengabaikan Laki-laki Penular HIV

28 Oktober 2011   03:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:24 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendeteksi secara dini penyakit HIV/AIDS, Dinas Kesehatan Kalbar mengambil sampel darah cewek-cewek karaoke di Kabupaten Kapuas Hulu. Ini lead beritaCewek Karaoke Tes HIV/AIDS” (www.equator-news.com, 25/10-2011).

Ada fakta yang luput dari tindakan Dinas Kesehatan Kalbar ini, yaitu:

Laki-laki yang menularkan HIV kepada ‘cewek karaoke’. Laki-laki ini bisa penduduk lokal, asli atau pendatang, yang dalam kehidupan sehari-hari bisa sebagai suami, pacar, selingkuhan, lajang, duda atau remaja. Di masyarakat laki-laki ini menjadi mata rantai penyebaran HIV secara horizontal melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.

Laki-laki yang tertular HIV dari ‘cewek karaoke’ yang mengidap HIV. Laki-laki ini pun bisa penduduk lokal, asli atau pendatang, yang dalam kehidupan sehari-hari bisa sebagai suami, pacar, selingkuhan, lajang, duda atau remaja. Di masyarakat laki-laki ini menjadi mata rantai penyebaran HIV secara horizontal melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.

Dua fakta itulah yang diabaikan Dinas Kesehatan Kalbar. Maka, jangan heran kalau kemudian penyebaran HIV akan terus terjadi di Kalbar karena laki-laki yang menularkan HIV dan yang tertular HIV tidak terdeteksi.

Jika ada ’cewek karaoke’ yang terdeteksi HIV-positif, maka pertanyaannya adalah: Apakah ’cewek karaoke’ menjalani tes HIV ketika mulai bekerja di Kapuas Hulu?

Kalau jawabannya YA, maka pertanyaan berikutnya adalah: Apakah ’cewek karaoke’ yang bekerja di sana hanya yang tidak terdeteksi HIV ketika mereka masuk ke Kapuas Hulu?

Kalau jawabannya YA, maka itu membuktikan penularan HIV kepada ’cewek karaoke’ dilakukan oleh laki-laki dewasa lokal, asli atau pendatang.

Tapi, kalau ’cewek karaoke’ tidak menjalani tes HIV ketika mereka mulai bekerja di Kapuas Hulu, maka bisa saja ’cewek karaoke’ sudah mengidap HIV ketika masuk ke Kapuas Hulu. Nah, jika ini yang terjadi maka laki-laki ’hidung belang’ penduduk Kapuas Hulu, asli atau pendatang, yang melakukan hubungan seksual tanpa kondom, di dalam dan di luar nikah, dengan ’cewek karaoke’ maka mereka berisiko tinggi tertular HIV.

Laki-laki ’hidung belang’ yang tertular HIV dari ’cewek karaoke’ menjadi mata rantai penyebaran HIV melalaui hubungan seksual tanpa kondom, di dalam dan di luar nikah, secara horizontal di masyarakat.

Fakta itulah yang luput dari kegiatan Dinkes Kalbar sehingga tidak mengherankan kalau kelak insiden infeksi HIV baru akan terus terjadi di Kapuas Hulu khususnya dan di Kalbar umumnya. Ini bisa terjadi karena laki-laki ’hidung belang’ tsb. tidak terdeteksi sehingga mereka menyebarkan HIV tanpa mereka sadari.

Dikabarkan dari empat lokasi karaoke diambil 67 sampel darah pelayan karaoke. Menurut Rudi Ansari, petugas bagian program penanganan HIV/AIDS dari Dinas Kesehatan Kalbar: Kemudian yang terjangkit tersebut akan dipantau perkembangannya dan dirujuk.

Pernyataan Rudi itu menunjukkan pemahaman yang tidak akurat terhadap epidemi HIV.

Pertama, langkah yang dilakukan Dinkes Kalbar itu adalah survailans tes HIV sehingga harus menganut asas unlinked unonymous (tidak ada tanda-tanda khusus yang menunjukkan identitas pemilik contoh darah). Jika pemilik darah diketahui identitasnya, maka hal itu merupakan perbuatan yang melawan hukum dan pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia (HAM).

Kedua, tidak semerta orang yang terdeteksi HIV menjalani perawatan sehingga tidak perlu dipantau atau dirujuk. Pernyataan itu menyuburkan stigma (cap buruk) terhadap orang yang tertular HIV.

Lagi-lagi menurut Rudi: “Ini akan rutin kita lakukan. Minimal satu kali dalam setahun.”

Mobilitas ’cewek karaoke’ sangat tinggi sehingga dalam kurun waktu satu tahun sudah terjadi berkali-kali pergantian. Lagi pula dalam satu tahun sudah banyak lak-laki dewasa lokal, asli atau pendatang, yang tertular HIV dari ’cewek karaoke’.

Yang menjadi persoalan besar adalah laki-laki dewasa yang tertular HIV dari ’cewek karaoke’ karena mereka menjadi mata rantai penyebaran HIV.

Jika penanganan tetap seperti yang dilakukan Dinkes Kalbar itu, maka penyebaran HIV akan terus terjadi sehingga Pemkab Kapuas Hulu tinggal menunggu ’panen AIDS’. ***[Syaiful W. Harahap]***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun