Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Joglosemar

Sampah di Ujung Jalan Maliboro Yogyakarta

23 Juli 2011   09:26 Diperbarui: 24 Juli 2024   21:20 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Matahari mulai memancarkan sinar jelang senja melalui celah-celah daun di Jalan Jend A. Yani di ujung Jalan Malioboro, Yogyakarta. Di trotoar di depan Gedung Agung tiga laki-laki mengayunkan sapu lidi membersihkan sampah yang berserakan.

“Wah, kalau hari Minggu atau hari libur sampah di sini bisa tiga gerobak bahkan lebih, Pak,” kata Deni, 24 tahun, salah seorang karyawan kebersihan sebuah perusahan sambil mengayunkan sapu lidinya. Sesekali dia menggelengkan kepala sambil melihat tumpukan sampah. Ada kesan seakan-akan dia tidak percaya hal itu bisa terjadi di kota seperti Yogyakarta.

Deni dan kawan-kawannya mulai mengayunkan sapu lidi sejak pukul 03.00 mulai dari Kepatihan sampai ujung Malioboro yang dikenal sebagai ‘titik nol’. Seperti hari itu sudah pukul 06.30 pekerjaan mereka belum selesai karena musim libur (awal Juli 2011) sehingga banyak pengunjung yang nongkrong di sana.

1311412600791623275
1311412600791623275

Tentu saja Deni patut kecewa karena Yogyakarta dikenal sebagai ‘kota pelajar’ yang di benaknya tentulah orang-orang berpendidikan. Tapi, itulah yang terjadi. Memang, di sekitar sampah tsb. tidak ada tempat pembuangan sampah. ”Ah, dipasang pun hilang lagi,” kata Deni.

Kabarnya, tong sampah di sana dirusak oleh orang-orang yang berada di bawah pengaruh minuman beralkohol. Ini tentu beralasan karena yang ‘waras’ tentulah tidak akan merusak fasilitas umum, apalagi tempat sampah.

1311412662396939122
1311412662396939122
Pot besar yang ditumbuhi tanaman hias pun tidak luput dari sampah. Pengunjung di kawasan itu rupanya ‘kreatif’ juga. Mereka membuang sampah di sela-sela tanaman. Tapi, itu kerja tambahan bahwa karyawan kebersihan karena harus memungut sampah dari sela-sela tanaman.

Perilaku itu terjadi karena tidak ada tempat sampah. Pengunjung kawasan itu pun menjadikan trotoar dan pot bunga sebagai ‘tempat sampah’. Maka, Pemkot Yogyakarta harus tetap mengganti tong sampah yang rusak.

Sampah tidak hanya berserakan di trotoar, tapi juga di balik pagar Monumen Serangan Oemun 1 Maret di sisi timur Jalan Malioboro. Memang, di trotoar mulai dari Pasar Bringharjo sampai monumen tadi relatif lebih bersih jika dibandingkan dengan trotoar di sepanjang Gedung Agung. Tapi, di balik pagar monumen dan benteng sampah berserakan.

13114130911627283184
13114130911627283184

Memang, Pemkot Yogyakarta tidak mungkin menempatkan petugas, misalnya, pegawai Satpol PP, di sana khusus untuk mengawasi pengunjung yang menghabiskan malam di kawasan itu.

Namun, Pemkot Yogyakarta bisa memasang CCTV di sana agar yang membuang sampah bisa dikenali. Mereka diberikan hukuman sosial yaitu membersihkan kawasan itu beberapa hari dengan memakai kaos bertuliskan: Saya dihukum karena membuang sampah sembarangan! Tapi, mereka diberikan uang saku.

Agaknya, ‘hukuman sosial’ lebih mengena agar tidak ada lagi yang ringan tangan membuang sampah. <>

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Joglosemar Selengkapnya
Lihat Joglosemar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun