Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kematian Terkait AIDS di Kota Batam

8 Juli 2011   22:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:49 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selama 2011, 29 orang Mati karena HIV/AIDS di Batam.” Ini judul berita di batam.tribunnews.com (4/7-2011). Angka tsb. tidak berbicara banyak karena tidak dibawa ke realitas sosial terkait dengan penyebaran HIV.

Selama ini berita yang mengungkapkan jumlah kasus HIV/AIDS dan kematian terkait AIDS hanya dibahas di permukaan. Akibatnya, masyarakat tidak memahami kaitan angka-angka tsb. dengan epidemi HIV.

Jumlah kematian yang mencapai angka 29 selama tujuh bulan bukan angka yang fantastis. Kecelakan lalu lintas pun sering memakan korban yang jauh lebih banyak.

Tapi, jika angka 29 tsb. dikaitkan dengan penyebaran HIV, maka angka itu sangat fantastis karena terkait dengan penyebaran HIV. Penduduk yang meninggal karena penyakit terkait AIDS terjadi pada masa AIDS yaitu suatu kondisi fisik dan kesehatan setelah tertular HIV antara 5-15 tahun (Lihat Gambar 1).

[caption id="attachment_118351" align="aligncenter" width="417" caption="Gambar 1. Masa AIDS pada Epidemi HIV"][/caption]

Selama kurun waktu 5-15 tahun tidak ada tanda-tanda yang khas AIDS pada fisik mereka. Tapi, perlu diingat bahwa pada rentang waktu itu mereka sudah bisa menularkan HIV kepada orang lain melalui: (a) hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah, (b) transfusi darah yang tidak diskrining HIV, (c) jarum suntik, terutama pada pengguna narkoba secara bergantian, dan (c) air susu ibu (ASI).

Jika di antara yang meninggal ada pekerja seks komersial (PSK), maka selama belasan tahun dia menularkan HIV kepada laki-laki ‘hidung belang’. Misalkan setiap malam seorang PSK meladeni 3 laki-laki, maka sbelum dia meninggal sudah 10.800 laki-laki yang berisiko tertular HIV (1 PSK x 3 laki-laki x 1 malam x 20 hari sebulan x 12 bulan x 15 tahun).

Begitu pula dengan laki-laki yang menularkan HIV kepada PSK sebelum menemui ajal dia sudah menularkan HIV kepada istrinya atau pasangan seks lain, seperti istri lain, pacar atau PSK.

Kalau saja wartawan yang menulis berita tsb. memaparkan fakta ini tentulah masyarakat memahami penyebaran HIV di masyarakat (Lihat Gambar 2).

[caption id="attachment_118352" align="aligncenter" width="391" caption="Gambar 2. Kematian terkait AIDS di Kota Batam"]

1310163593299804499
1310163593299804499
[/caption]

Dikabarkan sejak Januari sampai Mei 2011 Komite Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Batam, Prov Kepulauan Riau, mencatat 128 kasus HIV dan 56 kasus AIDS di Batam dengan 29 kematian. Berarti ada 27 lagi penduduk Batam yang sudah mencapai masa AIDS dan 128 yang menuju masa AIDS. Sebelum mereka terdeteksi tanpa mereka sadari mereka sudah menularkan HIV kepada orang lain.

Tahun 2009 terdeteksi 273 HIV dan 77 AIDS dengan 36 kematian. Tahun 2010 terdeteksi 317 HIV dan 134 AIDS dengan 74 kematian. Kasus kematian penduduk Kepri terkait AIDS menunjukkan penyebaran HIV yang terus terjadi di dearah itu (Lihat: http://regional.kompasiana.com/2011/05/26/menyikapi-488-kematian-terkait-aids-di-prov-kepulauan-riau/).

Pieter P Pureklolong, Wakil Sekretaris I KPA Kota Batam memaparkan kasus kumulatif HIV/AIDS di Kota Batam tanpa menjelaskan tentang cara pelaporan di Indonesia sehingga dalam berita muncul kesan peningkatan kasus. Yang terjadi adalah penambahan karena cara pelaporan yang kumulatif yaitu kasus lama ditambah dengan kasus baru. Begitu seterusnya.

Pemprov Kepri sendiri sudah menelurkan peraturan daerah (Perda) penanggulangan HIV/AIDS, tapi karena perda itu dirancang dengan semangat moral maka tidak menyentuh akar persoalan (Lihat: http://sosbud.kompasiana.com/2010/11/24/menakar-efektivitas-perda-aids-provinsi-kepulauan-riau/).

Selama penanggulangan tetap mengedepankan moral, maka selama itu pula penyebaran HIV terjadi. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun