Istilah ’seks bebas’ yang tidak jelas arti atau maknanya terus menjadi jargon moral yang mengaburkan perilaku seksual. Ada kesan ’seks bebas’ diartikan sebagai zina. Jika kondom dikaitkan dengan zina, maka anggapan yang selama ini berkembang yaitu kondom mendorong zina tidak benar.
Fakta menunjukkan pelaku zina, terutama laki-laki ’hidung belang’ yang berzina dengan pekerja seks komersial (PSK) justru enggan memakai kondom. Akibat ulah mereka itu kasus HIV/AIDS banyak terdeteksi pada ibu-ibu rumah tangga. Ini membuktikan bahwa suami mereka tidak memakai kondom ketika sanggama dengan pasangan lain.
Lagi pula ada atau tidak ada kondom perzinaan dan pelacuran jalan terus. Sekarang, misalnya, ketika di wilayah Kab Cianjur, Jawa Barat, tidak ada ’ATM Kondom’ pelacuran terus terjadi. Tapi, realitas sosial terkait dengan (praktek) pelacuran di wilayah Kab Cianjur rupanya dinafikan oleh Pemkab Cianjur.
”Pemkab Cianjur dengan tegas menolak keberadaan ATM Kondom di Cianjur. Alasannya, ATM Kondom disinyalir bakal mendorong kehidupan seks bebas.” (Takut Picu Seks Bebas. Ditolak, Keberadaan ATM Kondom di Cianjur, inilah.com, 11/06-2011).
Kepala Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (BKBPP) Kabupaten Cianjur, Sudrajat Laksana, mengatakan: "Jika kita menyetujui ATM Kondom, berarti kita mendukung kebebasan seks di Cianjur. Kita tolak hadirnya ATM Kondom di Cianjur.”
Kalau saja wartawan yang menulis berita ini bertanya kepada Sudrajat: Apakah di wilayah Kab Cianjur ada praktek pelacuran?
Kalau jawabannya TIDAK, maka Sudrajat mengingkari fakta berupa praktek pelacuran yang ada di wilayahnya, terutama di kawasan Puncak dan Cipanas. Memang, di sana tidak ada lokalisasi pelacuran, tapi ada praktek pelacuran.
Kalau jawabannya YA, maka pertanyaannya adalah: Apa langkah konkret yang dilakukan Pemkab Cianjur untuk menanggulangi penyebaran HIV/AIDS?
Pemkab Cianjur tidak perlu memasang ’ATM Kondom’, tapi membuat peraturan yang mewajibkan setiap laki-laki penduduk Cianjur memakai kondom jika sanggama dengan PSK di wilayah Cianjur atau di luar Cianjur.
Kasus kumulatif HIV/AIDS di Kab Cianjur dilaporlan 250. Kasus HIV/AIDS yang terdeteksi pada ibu-ibu rumah tangga menunjukkan suami mereka tidak memakai kondom ketika melakukan hubungan seksual dengan pasangan lain.
Penyebaran HIV di wilayah Kab Cianjur merupakan kenyataan yang harus dihadapi Pemkab Cianjur. Tapi, kalau Pemkab Cianjur menutup mata terkait dengan praktek pelacuran tentulah penyebaran HIV akan meluas (Lihat: http://edukasi.kompasiana.com/2010/11/02/penyebaran-aids-di-cianjur-jawa-barat/).
Peserta KB aktif dengan alat kontrasepsi kondom di Cianjur pada April 2011 tercatat 4.614 akseptor. Angka yang rendah ini menjadi salah satu faktor penyebaran HIV di kalangan ibu-ibu rumah tangga. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H