Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

HIV/AIDS di Prov Bengkulu Tertular Lewat ‘Seks Bebas’

6 Mei 2011   23:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:00 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Prov Bengkulu menyebutkan, sekitar 60 persen pengidap HIV/AIDS tertular lewat seks bebas.” Ini lead berita60 Persen Penularan HIV/AIDS Lewat Seks Bebas” (antara news, 6/5-2011).

Pernyataan tsb. menyesatkan. Jika ‘seks bebas’ diartikan sebagai zina atau melacur maka tidak ada kaitan langsung antara penularan HIV dan ‘seks bebas’.

Penularan HIV melalui hubungan seksual (bisa) terjadi di dalam dan di luar nikah (sifat hubungan seksual) jika salah satu dari pasangan itu mengidap HIV dan laki-laki tidak memakai kondom setiap kali sanggama (kondisi hubungan seksual). Fakta ini yang sering digelapkan karena HIV/AIDS selalu dibicarakan dari aspek moral.

Sekretaris KPA Provinsi Bengkulu, Arna Maretha, mengatakan: "Pada 2010 terdapat 226 orang pengidap HIV/AIDS baru yang 60 persen di antaranya tertular melalui seks bebas." Ini tidak akurat karena tidak bisa dipastikan kapan seseorang tertular HIV. Yang dikenal adalah faktor risiko (mode of transmission) yaitu media kemungkinan penularan.

Disebutkan: ”Data Yayasan Kipas Bengkulu juga menyebutkan, penularan HIV/AIDS sudah bergeser dari penasun ke seks bebas.Data Kipas pada 2010 terdeteksi 459 kasus HIV/AIDS baru di Prov Bengkulu. Menurit Direktur Kipas, Merly Yuanda, sembilan di antaranya meninggal.

Pernyataan di atas juga tidak akurat karena penyalahguna narkoba suntikan dengan jarum suntik juga melakukan hubungan seksual yang berisiko. Seseorang tertular HIV melalui jarum suntik pada penyalahguna narkoba secara bergantian jika ybs. tidak pernah melakukan hubungan seksual berisiko.

Apakah Yayasan Kipas Bengkulu bisa menjamin semua kasus HIV pada penyalahguna narkoba tertular melalui jarum suntik?

Apakah Yayasan Kipas Bengkulu bisa menjamin semua pengidap HIV di kalangan penyalahguna narkoba tidak pernah melakukan hubungan seksual yang berisiko?

’Seks bebas’ yang dimaksud KPA Prov Bengkulu terkait dengan faktor risiko penularan HIV juga tidak jelas. Apakah terkait dengan pekerja seks komersial (PSK) di lokalisasi pelacuran?

Kalau YA, maka sudah saatnya Pemprov Bengkulu menoleh ke Thailand yang berhasil menurunkan insiden infeksi HIV baru pada laki-laki dewasa melalui hubungan seksual di lokalisasi pelacuran.

Tapi, di Bengkulu wacana yang berkembang justru penolakan terhadap lokalisasi pelacuran (Lihat: http://regional.kompasiana.com/2011/03/25/wacana-lokalisasi-psk-di-bengkulu/ dan http://regional.kompasiana.com/2011/03/23/aids-di-bengkulu-mengabaikan-penyebaran-melalui-praktek-pelacuran/).

Selama penyebaran HIV ditanggulangi dengan mitos, maka selama itu pula penyebaran HIV akan terus terjadi. Tinggal menunggu ledakan kasus AIDS karena kasus HIV/AIDS yang tidak terdeteksi akan menjadi ’bom waktu’ ledakan AIDS. ***

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun