Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengutip Kutipan

2 Oktober 2010   13:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:46 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam artikel: ”KRITIK ISLAM TERHADAP STRATEGI PENANGGULANGAN HIV-AIDS BERBASIS PARADIGMA SEKULER-LIBERAL DAN SOLUSI ISLAM DALAM MENANGANI KOMPLEKSITAS PROBLEMATIKA HIV-AIDS”yang merupakan tulisan Faizatul Rosyidah [Pusat Studi Intelektual Muslimah (PSIM) Unair Surabaya] dihttp://www.scribd.com/doc/17476485/Kritik-Islam-Terhadap-Strategi-Penanggulangan-HivAids-Berbasis-Paradigma-Sekulerliberal-Dan-Solusi-Islam-Dalam-Menangani-Kompleksitas-Problematika-H, ada kutipan yang disebutkan dari Harian “Radar Jember”.

Dalam tulisan itu Faizatul Rosyidah menyebutkan: Sungguh suatu kebodohan yang menyesatkan, menyatakan bahwa “Masalah HIV hanyalah masalah medis semata yang tidak berkaitan dengan perilaku seks bebas.” Sesuai dengan catatan kaki di artikel itu maka pernyataan tsb. merupakan kutipan dari “Surat Pembaca”di Harian “Radar Jember” edisi 11 Desember 2006 “Info KesPro. Berita Aids yang Menyesatkan”.

Belakangan saya ingat saya pernah mengirimkan tanggapan terhadap berita Kondom Tak Efektif Atasi AIDS” yang dimuat di Harian ”Radar Jember” edisi 11 Desember 2006 untuk “Surat Pembaca”.Saya tidak bisa membaca surat saya di “Radar Jember” karena tidak bisa dibuka di situs Koran tsb di internet.

Ini copy surat yang saya kirim ke ”Radar Jember”.

Surat Pembaca

Berita AIDS yang Menyesatkan

Berita ”Kondom Tak Efektif Atasi AIDS” yang dimuat di harian ”Radar Jember” edisi 11 Desember 2006 lagi-lagi menunjukkan pemahaman terhadap HIV/AIDS yang tidak akurat. Akibatnya, yang muncul hanya mitos (anggapan yang salah) tentang HIV/AIDS.

Ada beberapa hal yang tidak akurat dalam berita itu sehingga akan menyesatkan masyarakat yang pada gilirannya membuat masyarakat lengah karena tidak memahami HIV/AIDS sebagai fakta medis.

Pertama, disebutkan ” .... kondom hanya bisa mencegah masuknya sperma saat berhubungan seks, tetapi tidak menjamin bisa menghalangi masuknya virus mematikan itu melalui kondom. ” Ini tidak akurat karena HIV tidak bisa melepaskan diri dari air mani (bukan sperma karena di sperma tidak ada HIV) sehingga kalau air mani sudah tertampung di dalam kondom maka HIV pun ada di dalam kondom. Pemakaian virus mematikan tidak pas karena HIV tidak mematikan.

Kedua, disebutkan pula ” .... yang diperlukan bukan kondomisasi, namun gerakan moral semua elemen masyarakat untuk mencegah penyimpangan seks maupun kebebasan seks di tengah-tengah masyarakat.” Tidak ada kegiatan kondomisasi. Ini pernyataan yang menyesatkan. Kemudian tidak ada kaitan langsung antara penyimpangan seks dan kebebasan seks dengan penularan HIV. Penularan HIV melalui hubungan seks, di dalam atau di luar nikah, terjadi kalau salah satu atau kedua-dua pasangan itu HIV-positif dan laki-laki atau perempuan tidak selalu memakai kondom ketika melakukan hubungan seks. Sebaliknya, kalau dua-dua HIV-negatif maka tidak ada penularan HIV biar pun ’penyimpangan seks’, ’kebebasan seks’, melacur, zina, anal atau oral seks, jajan, selingkuh, atau homoseksual.

Ketiga, pemateri dr Rifa tidak fair karena tidak menyebutkan keberhasilan penggunaan kondom dalam menurunkan insiden penularan HIV melalui hubungan seks seperti yang terjadi di Afrika, Thailand, dll.

Keempat, disebutkan ” .... bahan yang digunakan kondom adalah pori-pori lateks yang hanya berdiameter 1/60 mikron. Maka, pori-pori kondom lebih besar daripada virus HIV/AIDS.”Ini tidak akurat karena kondom yang dipasarkan di Indonesia adalah yang terbuat dari getah lateks yang sama sekali tidak mempunyai pori-pori. Kondom yang berpori-pori adalah kondom yang terbuat dari usus binatang dan tiadk dijual di Indonesia.

Kelima, disebutkan pencegahan penyebaran HIV/AIDS dengan ’mencegah meluasnya pergaulan seks di kalangan masyarakat.” Ini jelas mitos karena yang menjadikan agama dan kitab suci sebagai UUD pun tetap ada kasus HIV. Di Arab Saudi, misalnya, sampai awal tahun ini sudah dilaporkan lebih dari 10.000 kasus HIV/AIDS.

Keenam, disebutkan HIV/AIDS belum ditemukan obatnya. Untuk diketahui ada penyakit yang tidak ada obatnya (demam berdarah), dan ada pula penyakit yang ada obatnya tapi tidak bisa disembuhkan (diabetes dan darah tinggi). HIV/AIDS bisa diobati karena sudah ada obatnya tapi tidak bisa disembuhkan.

Ketujuh, disebutkan ” .... penyebab utama penularan virus tersebut adalah seks bebas, homoseks dan lesbianisme.” Lagi-lagi ini tidak akurat dan hanya mitos. Tidak ada kaitan langsung antara seks bebas, homoseks, dan lesbianisme dengan penularan HIV. Apa, sih, yang dimaksud dengan seks bebas? Kalau seks bebas diartikan zina maka jelas tidak ada kaitan langsung antara zina dengan penularan HIV. Penularan HIV melalui hubungan seks, di dalam atau di luar nikah, bisa terjadi kalau salah atau atau kedua-dua pasangan itu HIV-positif dan tidak memakai kondom setiap hubungan seks. Sebaliknya, kalau dua-duanya HIV-negatif maka tidak ada penularan HIV biar pun seks bebas, homoseks atau lesbianisme.

Selama materi KIE (komunikasi, informasi, dan edukasi) tentang HIV/AIDS tetap dibalut dengan moral dan agama maka yang akan ditangkap masyarakat hanya mitos. Inilah yang menyesatkan karena masyarakat tidak mengetahui cara-cara pencegahan yang akurat dan realistis. Pada gilirannya pandemi HIV akan menjadi ’bom waktu’ bagi ledakan kasus AIDS. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun