Tanya Jawab AIDS No 4/Agustus 2014
Pengantar. Tanya-Jawab ini adalah jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang dikirim melalui surat, telepon, SMS, dan e-mail. Jawaban disebarluaskan tanpa menyebut identitas yang bertanya dimaksudkan agar semua pembaca bisa berbagi informasi yang akurat tentang HIV/AIDS. Yang ingin bertanya, silakan kirim pertanyaan ke “AIDS Watch Indonesia” (http://www.aidsindonesia.com) melalui: (1) Surat ke PO Box 1244/JAT, Jakarta 13012, (2) Telepon (021)4756146, (3) e-mail aidsindonesia@gmail.com, dan (4) SMS 08129092017. Redaksi.
*****
Tanya:Jika air mani dikeluarkan di luar vagina ketika ngeseks dengan pekerja seks komersial (PSK) dan setelah selesai penis dicuci dengan sabun campur air cuka, apakah efektif mencegah penularan HIV/AIDS? Dengan cara itu saya sehat-sehat saja.
Via SMS (23/7-2014)
Jawab:Penularan HIV/AIDS pada hubungan seksual, di dalam dan di luar nikah, tanpa kondom pada laki-laki bukan karena ejakulasi (air mani keluar) di dalam atau di luar vagina, tapi terjadi ketika penis bergesekan dengan dinding vagina dan ketika penis bersentuhan dengan cairan vagina.
Gesekan antara penis dan vagina ketika hubungan seksua terjadi dengan kondisi penis tidak memakai kondom bisa menimbulkan luka-luka mikroskopis (hanya bisa dilihat dengan mikroskop elektronik) yang bisa menjadi pintu masuk jika di dalam cairan vagina ada HIV. Selain itu penularan juga terjadi melalui selaput di kepala penis terutama bagi yang tidak disunat.
Penularan lain bisa terjadi jika penis bersentuhan dengan cairan vagina selama terjadi hubungan seksual jika penis tidak memakai kondom.
Jika virus (HIV) masuk melalui luka-luka di penis maka virus itu sudah ada di aliran darah di dalam tubuh. Virus itu segera menggandakan dirinya di sel darah putih dengan jumlah miliaran. Virus-virus hasil penggandaan itu mencari sel darah putih pula untuk menggandakan diri. Begitu seterusnya.
Maka, biar pun ejakulasi di luar vagina dan penis Anda cuci dengan air dicampur dengan cuka tidak ada gunanya karena penularan sudah terjadi dan virus sudah ada di darah di dalam tubuh.
Orang-orang yang baru tertular HIV tidak otomatis menunjukkan gejala-gejala yang khas AIDS. Bahkan, setelah lama pun orang-orang yang mengidap HIV/AIDS tidak otomatis mengalami gangguan kesehatan.
Gejala yang bisa terkait dengan HIV/AIDS secara statistik baru muncul setelah tertular HIV antara 5-15 tahun.
Karena perilaku Anda berisiko tertular HIV, alangkah baiknya kalau Anda menjalani tes HIV di Klinik VCT di rumah sakit pemerintah di kota Anda. Tapi, ingat tes baru akurat jika dilakukan tiga bulan setelah hubungan seksual berisiko yang terakhir.
Sebaiknya Anda berpikir lebih jernih: Ngeseks dengan PSK tanpa kondom dengan risiko tertular HIV/AIDS atau tidak melakukannya agar tidak tertular HIV/AIDS. *** [Syaiful W. Harahap - AIDS Watch Indonesia] ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H