Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru Gemar Menulis Mendorong Kreativitas dan Membangkitkan Minat Baca

12 November 2014   11:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:00 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kehadiran televisi dan telepon genggam, bahkan sekarang dengan layar sentuh, merusak media habit masyakat Indonesia. Kalau masyarakat di negera-negara Eropa Barat, Australia dan Amerika Serikat lebih dahulu mencapai masyarakat (yang) gemar membaca (reading society) baru menggemari film dan televisi (filming society), di Indonesia justru sebaliknya. Masyarakat belum sampai pada tahap reading society, tapi sudah menjadi konsumen pasif televisi, terutama siaran telenovela dan sinetron.

Kondisi tsb. yaitu menjadi “konsumen” televisi merusak media habit masyarakat Indonesia (Lihat: Televisi Mengubah Media Habit Masyarakat). Maka, tidaklah mengherankan kalau kemudian tingkat kegemaran membaca masyarakat Indonesia sangat rendah yaitu pada level 0,001 (UNESCO, 2011). Artinya, dari 1.000 penduduk Indonesia hanya 1 yang gemar membaca.  Bandingkan dengan Singapura pada level 0,45, yaitu dari 100 penduduk di Kota Singa itu ada 45 yang gemar membaca.

Pada tataran masyarakat yang belum sampai pada reading society kemampuan untuk mencurahkan perasaan, pikiran, isi hati, ide, gagasan, pendapat dan pengalaman dalam bentuk tulisan sangat kecil. Kondisinya kian buruk karena pelajaran mengarang pun tidak lagi menjadi mata pelajaran utama di sekolah.

Guru Kreatif

Menulis merupakan kegiatan yang terjadi karena tingkat penyerapan informasi yang tinggi, al. diperoleh dari kegiatan membaca. Karena minat masayarakat, al. guru, yang sangat rendah terhadap kegiatan membaca, maka mendorong guru menulis, seperti yang digagas oleh Tanoto Foundation, merupakan salah satu langkah konkret untuk kembali membangkitkan minat baca.

Tanoto Foundation digagas dan didirikan oleh pasangan suami-istri Sukanto Tanoto dan Tinah Tanoto pada tahun 1981 dengan mendirikan Taman Kanak-kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD) untuk anak-anak karyawan perusahaan di Langkat, Sumatera Utara. Kegiatan Tanoto Foundation terus berkembang sampai akhirnya bergerak di tiga provinsi yaitu Sumatera Utara, Riau, dan Jambi. Kegiatan lebih terfokus pada peningkatan kualitas lulusan 250 SD di tiga provinsi itu. Tentu saja kualitas yang tinggi diperoleh dengan memperbaiki sarana dan prasarana, al. gedung dan guru-guru.

Upaya Tanoto Foundation mendorong guru-guru untuk menulis amatlah tepat karena salah satu kelemahan dan keengganan sebagian besar orang Indonesia adalah menyampaikan pesan dan gagasan dalam bentuk tulisan. Hal ini dapat dilihat dari tingkat pengiriman surat yang sangat rendah di Indonesia jika dibandingkan dengan negara-negara Asean. Banyak orang memilih menggunakan telepon dan SMS untuk menyampaikan pesan.

Pesan dan tanggapan serta gagasan yang ada di media sosial, seperti Facebook, Twitter, Path, SMS, dan blog menunjukkan betapa rendahnya pengusaan bahasa sehingga tulisan pun tidak mencerminkan masyarakat yang gemar membaca dan menulis. Selain pemilihan kata (diksi) yang lemah penguasaan bentuk kalimat pun sangat rendah.

Dengan membekali guru-guru di wilayah kerja Tanoto Foundation di Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Riau dan Provinsi Jambi tentang cara-cara menulis ternyata beberapa guru bisa menuangkan gagasan dan pengalaman mereka sebagai guru dalam sebuah buku yang sudah diterbitkan oleh Tanoto Foundation yaitu “OASE PENDIDIKAN DI INDONESIA” dan “MENJADI SEKOLAH TERBAIK”.

14157394251085243381
14157394251085243381


Tentu saja dua buku ini tidak menggambarkan pengalaman guru secara luas, sehingga guru perlu didorong agar kian banyak yang menuliskan pengalaman, gagasan dan ide terkait dengan dunia pendidikan yang mereka geluti dalam bentuk buku, bisa juga tulisan di media cetak dan blog.

Tulisan para guru baik dalam bentuk opini (ide dan gagasan), cerpen, puisi, esai, dan laporan (di dunia jurnalistik disebut features atau berita kisah) akan menjadi bacaan yang berharga bagi guru, murid, orang tua murid dan pemerintah. Guru didorong untuk menulis merupakan bagian dari upaya mendorong kegemaran membaca karena seseorang yang akan menulis harus membaca terlebih dahulu (reading society) baru menulis (writing society).

Dengan tingkat kemampuan menulis, guru menjadi salah satu kunci keberhasilan pendidikan karena dengan guru yang kreatif, maka anak didik pun aktif. “Virus” menulis ditularkan kepada anak didik agar mereka juga bisa menuangkan ide dan gagasan dalam bentuk tulisan yang pada gilirannya akan mendorong anak didik untuk membaca.

Melalui tulisan itu pulalah para guru bisa memberikan gambaran pekerjaan mereka, misalnya tentang perilaku anak didik, serta persoalan yang dihadapi guru ketika mengajar di sekolah. Kondisi sarana dan prasanana sekolah yang tidak mendukung. Bisa juga tulisan guru berisi tentang langkah-langkah yang dilakukan guru dalam meningkatkan kemampuan murid. Di sekolah.

Tulisan guru-guru itu menjadi referensi yang sangat berharga bagi banyak kalangan, termasuk juga para guru, karena informasi datang dari tangan pertama yaitu guru yang langsung bersentuhan dengan dunia pendidikan.

Masalahnya kemudian adalah mengasah kemampuan guru untuk (berani) menuliskan ide, gagasan, dan pengalaman terutama dalam bentuk esai yang bertutur atau features.

Unsur Layak dan Kelengkapan Tulisan

Selain memberikan pelatihan secara langsung bisa pula dilakukan dengan cara membagikan buku panduan, semacam “Bagaimana Menjadi Seorang Penulis” (How To Be A Writer). Panduan dimaksud berisi langkah-langkah konkret tentang cara menuangkan pikiran berupa ide, gagasan dan pengalaman ke dalam tulisan.

Sebagai panduan praktis para guru bisa memakai pedoman penulisan berita dan features yang menjadi patokan bagi wartawan. Yang perlu diingat adalah tulisan para guru harus tetap berada pada koridor hukum, al. dengan berpatokan pada UU No 40 Tahun 1999 tentang Pers dan Kode Etik Jurnalistik PWI.

Yang perlu diperhatikan adalah para guru harus membedakan opini dan fakta karena opini tidak akan dilindingi oleh UU Pers. Misalnya, kalau guru ingin menulis keluh-kesah dan kritik pakailan fakta bukan pendapat sendiri. Umpamanya, kondisi gedung sekolah yang sudah sekian tahun tidak pernah diperbaiki.  Gambarkan dengan rinci fakta terkait (kerusakan) gedung sekolah tsb. secara faktual dengan denotasi (KBBI: makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas penunjukan yang lugas pada sesuatu di luar bahasa atau yang didasarkan atas konvensi tertentu dan bersifat objektif) dengan mamakai kata baku (kata dengan makna yang dipahami secara umum).

Yang perlu diingat adalah tidak semua informasi, data dan fakta bisa dijadikan materi tulisan karena terkait dengan masalah privasi, hukum, dan kepentingan masyarakat luas. Tulisan dan status di media sosial, seperti di Facebook, Twitter, Path, dan Blog bisa dijerat dengan hukum jika isinya bertentangan dengan hukum, seperti fitnah, pencemaran nama baik, perbuatan tidak menyenangkan dan penyebaran informasi yang tidak benar.

Masalah privasi adalah persoalan pribadi yang tidak terkait dengan kepentingan umum dan tidak tersangkut dengan masalah hukum. Itu artinya tidak boleh ditulis karena akan berhadapan dengan hukum pidana, al. sebagai fitnah dan perbuatan tidak menyenangkan dengan ancaman hukuman kurungan di atas lima tahun. Hukuman lebih berat kalau polisi juga mengaitkannya dengan UU ITE (Internet dan Transaksi Elektronik) selain ancaman kurungan juga ada ancaman denda satu miliar rupiah. Sampai sekarang sudah ada 28 kasus penulisan di status media sosial yang berakhir di ranah hukum.

Nah, informasi, data dan fakta diuji dulu apakah penting bagi orang banyak. Misalnya, harga baju seragam sekolah, harga alat-alat tulis, uang sekolah, dll. penting diketahui masyarakat menjelang atau pada tahun ajaran baru. Kondisi jalan dari kota ke kampung penting diketahui orang banyak menjelang liburan dan hari raya.

Terkait dengan guru, maka ide, gagasan atau pengalaman yag akan ditulis pun diuji apakah penting untuk orang banyak (di jurnalistik disebut significance).

Agar tulisan layak ditayangkan di media cetak (koran, majalah, tabloid, dll.), media elektronik (radio dan televisi) serta media online (Facebook, Twitter, Path, dan Blog) harus memenuhi satu atau beberapa unsur dari unsur layak berita.

Tulisan para guru akan lebih efektif dimuat di media cetak atau media online daripada dalam bentuk buku karena banyak faktor, al. jangkauan yang luas dan bisa dibaca banyak orang pada waktu yang bersamaan. Untuk itu perlu diperhatikan unsur-unsur layak tulisan agar tulisan memberikan manfaat bagi yang membacanya.

Ada enam unsur layak tulisan (artinya informasi, data, dan fakta harus memenuhi satu atau lebih dari unsur layak tulisan agar bisa jadi bahan atau materi tulisan). Lihat Matriks I.

14157395071454309871
14157395071454309871

Jika informasi, data, fakta memenuhi salah satu atau beberapa unsur layak tulisan, maka kegiatan menulis sudah bisa dimulai. Tapi, sebelum dimulai perlu pula diperhatikan kelengkapan tulisan yang lebih dikenal sebagai 5W + 1H. Lihat Matriks II.

1415739540479562592
1415739540479562592

Mulailah menguji informasi, data atau fakta yang ada. Apakah memenuhi salah satu atau lebih unsur layak tulisan?

Kalau jawabannya YA, maka lanjutkan untuk memenuhi kelengkapan tulisan. Jika sudah lengkap itu artinya menulis sudah bisa dimulai.

Yang perlu diperhatikan adalah lead atau kepala tulisan. Ini bisa sebagai “umpan” bagi pembaca karena jika lead menarik maka orang pun akan membaca tulisan. Selain itu perlu pula diperhatikan judul. Usahakan judul ringkas dan tegas karena menjadi daya tarik pertama (eye catching).

Jika tulisan memenuhi unsur-unsur layak tulisan dan kelengkapkan tulisan, maka tulisan pun bisa disebut komprehensif dan bermanfaat bagi pembaca. Wahai para guru goreskan penamu, yang sekarang diwujudkan sebagai menekan tombol-tombol di key pad komputer atau laptop. Selamat menulis! *** [Syaiful W. Harahap] ***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun