Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Penyakit Kelamin Pada Pelajar SMP di Kota Cirebon Karena “Warung Esek-esek”?

26 Februari 2015   23:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:27 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

* Pertanyaan lebih pas ke Menkes karena ada regulasi yang membatasi anak-anak menjangkau fasilitas kesehatan ....

Menteri Pendidikan Dasar & Menengah dan Kebudayaan, Anies Baswedan, dikabarkan kaget mendengar ada  2 siswa SMP di Cirebon yang tertular penyakit kelamin dengan raut muka kaget dengan adanya kabar tersebut  (Menteri Anies belum tahu siswa SMP di Cirebon kena penyakit kelamin, merdeka.com, 26/2-2015).

Tampaknya, itu ulah wartawan. Ini memang fenomena moralitas. Wartawan sebagai orang dewasa menguak masalah yang jauh dari mereka karena mereka memakai moralitas sendiri melihat persoalan.

Dari aspek epidemiologi dan kesehatan masyrakat, kasus penyakit kelamin dan HIV/AIDS pada anak-anak dan remaja ada pada ‘terminal terakhir’. Artinya, penyakit itu berhenti pada mereka karena mereka tidak mempunyai pasangan tetap yaitu istri.

Bandingkan dengan laki-laki dewasa, terutama suami, mereka justru jadi mata rantai penyebaran penyakit kelamin dan HIV/AIDS jika mereka tertular. Maka, tidaklah mengherankan kalau banyak ibu-ibu rumah tangga yang mengidap penyakikt kelamin, seperti kencing nanah (GO), kanker serviks, sifilis, bahkan HIV/AIDS karena tertular dari suaminya.

Kabarnya informasi tentang siswa SMP yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS itu berasal dari Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Cirebon.

Nah, pertanyaan untuk KPA Kota Cirebon: Apa program Anda yang konkret dan sistematis dalam menanggulangi penyebaran HIV/AIDS di Kota Cirebon?

Ya, tentu saja tidak ada. Lihat saja pedoman mereka yaitu Perda AIDS Kota Cirebon yang hanya ada di awang-awang karena hanya mengedepan moral (Lihat: Perda AIDS Kota Cirebon, Jawa Barat).

Padahal, ada persoalan di wilayah Cirebon (kota dan kabupaten) yaitu wartawan dilarang menulis berita dengan kata-kata yang terkait dengan pelacuran di warung-warung sepanjang Pantura. Biar pun praktek pelacuran itu terbuka dan kasat mata tapi tokoh-tokoh masyarakat dan agama serta pejabat meralang wartawan menyebut tempat itu sebagai tempat pelacuran atau prostitusi. Yang boleh adalah menyebutnya dengan sebutan ‘esek-esek’ (Lihat: Praktek ‘Esek-esek’ di Kab Cirebon, Jabar).

Disebutkan dalam berita: Data dari Komisi Penanggulangan AIDS Kota Cirebon menyebut, 1.102 warga di kota tersebut mengidap infeksi penyakit kelamin. Dua di antaranya diidap siswa pria kelas I dan II di salah satu SMP di Cirebon.

Lho, koq KPA ngurusi penyakit kelamin?

Penyakit kelamin yang lebih pas disebut infeksi menular seksual (IMS) yaitu penyakit-penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah, seperti kencing nanah (GO), raja singa (sifilis), virus hepatitis B, klamidia, jenger ayam, dll. Disebut IMS karena tidak semua penyakit tsb. infeksinya terjadi di alat kelamin.

Yang jadi masalah adalah anak-anak dan remaja tidak bisa berobat sendiri kalau tertular IMS karena berbagai alasan, al. mereka malu dan takut dan sarana kesehatan pun meminta mereka bersama orang tua karena masih di bawah umur. Tentu saja ini mustahil. Sebaliknya, pemuda dan laki-laki dewasa, terutama suami, akan dengan mudah berobat dan mencari obat.

Lagi pula, anak-anak yang tertular penyakit kelamin dan HIV/AIDS ada di “terminal terakhir” karena mereka tidak akan menularkan penyakit itu sebab mereka tidak mempunyai pasangan tetap.

Bandingkan dengan seorang suami yang tertular penyakit kelamin atau HIV/AIDS atau dua-duanya sekaligus. Mereka ini akan menularkan ke istri. Kalau istri tertular akan menularkan ke bayi yang dikandungnya kelak. Kalau suami punya istri lebih dari satu maka perempuan yang berisiko tertular penyakit kelaimin dan HIV/AIDS pun kian banyak.

Masalah anak-anak terdeteksi mengidap penyakit kelamin atau HIV/AIDS lebih pas ditanya ke menteri kesehatan karena ada regulasi yang menghalangi anak-anak di bawah umum untuk datang sendirian berobat. Nah, adalah hal yang mustahil anak-anak yang tertular penyakit kelamin memberitahu orang tuanya.

Maka, tidaklah mengherankan kalau kemudian banyak di antara mereka yang membeli obat sendiri di tukang obat di pinggir jalan atau di kaki lima. Karena tidak sesuai dengan jenis penyakit kelamain yang mereka idap, maka obat-obatan itu bisa berdampak buruk. Misalnya, rambut rontok, dll.

Yang paling bermoral adalah pejabat, tokoh agama, tokoh masyarakat dan wartawan berbagi dengan anak-anak dan remaja: beritahu mereka apa dan bagaimana cara Anda menjaga diri sehingga tidak pernah berzina sejak anak-anak sampai sekarang!

Ini jauh lebih ampuh daripada menyuarakan pesan-pesan moral sebagai orasi politis di panggung ceramah atau dalam berita yang hanya kamuflase kemunafikan. *** [Syaiful W. Harahap - AIDS Watch Indonesia] ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun