Mohon tunggu...
Salman
Salman Mohon Tunggu... Administrasi - Warga Negara Indonesia yang baik hati

Presiden Golput Indonesia, pendudukan Indonesia yang terus menjaga kewarasan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Owh, Bapak itu Ternyata Buta

14 Desember 2014   18:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:19 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya belum lama ini pindah tempat tinggal. Saya pindah karena tempat kerja saya pindah, sebelumnya saya bisa masih pulang pergi Bogor-Jakarta, namun setelah BBM naik semuanya jadi mahal, ongkos-ongkos naik. Dengan pertimbangan efesiensi dan efektivitas waktu dan biaya saya putuskan untuk pindah ke tempat sekitaran tempat saya kerja.

Yang saya sukai dari tempat tinggal saya ini selain dekat dengan tempat kerja, hanya 5 menit jalan kaki ke tempat kerja, juga dekat dengan  masjid, sehingga saya lebih sering sholat berjamaah di masjid.

Sebagai orang baru, saya belum begitu banyak kenal warga. Sebagai seorang muslim, masjid bisa menjadi tempat berinteraksi untuk mengenal wajah-wajah penduduk sekitar. Beberapa kali, seperti dejavu ketika sholat isya, ada seorang bapak tua berada di sebelah kiri saya, bapak ini gerakkannya dalam shaf sangat lamban sekali, saya perhatikan juga jalannya lamban juga, tapi untuk gerakkan sholatnya normal.

Kemudian baru saya ketahui bahwa bapak tua yang disamping saya itu buta, saya tahu itu ketika selesai sholat saya melihatnya menggunakan tongkat untuk pembimbing jalannya. Sontak, semua pikiran saya tentang bapak tua itu berubah 180 derajat, yang sebelumnya saya agak memandang sebelah mata, saya menjadi kagum dengannya. Meskipun ia buta, ia masih menjalani kewajibannya dengan normal. Saya adalah orang yang sangat mengaggumi melihat fenomena orang buta yang bisa 'melihat', karena bagi saya mata adalah bagian terpenting yg dimiliki manusia untuk melihat dan mengenal dunia, jika mata buta maka dunia menjadi gelap, saya tidak akan pernah sudi menjual mata saya walau dibayar uang triliunan rupiah. Tapi melihat orang buta yang mampu mengenali lingkungan sekitarnya bagi saya itu sebuah keajaiban, 'melihat' tanpa mata.

Secara ilmiah, ada istilah ekolokasi, yaitu kemampuan mengenali daerah sekitar dengan menggunakkan gelombang tertentu, kalau nggak salah kemampuan ini dimiliki kelelawar, itulah penjelasan kenapa kelelawar tidak menabrak saat terbang malam hari. Jika kemampuan ini bisa juga dipelajari manusia maka ini kemampuan yang sangat menakjubkan dari manusia. Konon katanya, otak manusia yang digunakan belum mencapai 10 persen. Beberapa hari yang lalu saya menonton film "Lucy" , film ini bercerita tentang manusia yang otaknya bisa berkerja hingga 100%, fmanusia akan mampu melakukan hal-hal yang diatas normal jika ia mampua menggunakan otaknya hingga 100%. Saya pikir film itu cukup ilmiah, setelah saya melihat dengan nyata bahwa manusia bisa mempunyai kemampuan ekolokasi.

Tetapi ironinya ternyata banyak manusia yang tidak buta telah menjadi buta. Ada dua hal penyebabnya, yang pertama cinta yang kedua benci. Cinta membuat semuanya indah tetapi benci membuat semuanya buruk. Dua sifat ini berada dalam perasaan manusia, ada dua tipe manusia, yaitu manusia yang bisa mengendalikan perasaannya dan manusia yang tidak bisa mengendalikan perasaannya, maka sebagian dari kita mengatakan bahwa pikiran kita ditentukan oleh perasaan dan sebagian yang lainnya mengatakan sebaliknya. Sampai hari ini masih banyak orang yang salah kaprah, bahwa perasaan munusia ditentukan oleh hatinya : jika hatinya baik, maka orangnya baik. Itu sangat salah, yang benar adalah jika hatinya tidak baik, maka orang itu tidak sehat. Perasaan manusia itu ditentukan oleh pikiran, bukan hati, dan pikiran ada dalam otak bukan dalam hati.

Orang-orang yang pikirannya berdasarkan perasaan akan sulit berkembang, karena ia sendiri telah gagal mengenali dirinya sendiri, bahkan dampak jauhnya menyebabkan ia menjadi orang "buta". Buta membedakan mana kenyataan dan mana hanya sekedar  pendapat. Orang-orang yang pikirannya berdasarkan perasaan akan merasakan bahwa pendapat akan menjadi sebuah fakta manakala ia menemui orang yang berpendapat sama dengannya. Ia meyakini bahwa apa yang dipikirannya sudah terjadi atau akan terjadi.

Saya menggunakan teori ini untuk memahami orang-orang yang sangat membenci Jokowi, ternyata masih banyak yang mengatakan bahwa Jokowi melakukan pencitraan, bahkan apapun yang dilakukan Jokowi akan salah semuanya. Untuk yang masih menganggap Jokowi melakukan pencitraan, cobalah buka mata Anda, lihat video ini https://www.youtube.com/watch?v=1ZQmMzvvZS4 atau berita di sini kesaksian dari Ahok, bahwa Jokowi jarang makan siang karena sibuk kerja. Pertanyaanya : Bagaimana mungkin orang yang sampai lupa dengan dirinya sendiri itu melakukan pencitraan?

Melalui artikel ini saya mengajak para pembaca semuanya baik yang proJokowi atau yang diseberangnya, mari kita tempatkan pikiran kita di atas perasaan dengan begitu kita akan menjadi orang yang kritis. Tidak menjadi orang yang buta, yaitu orang yang tidak bisa membedakan mana yang benar dan yang salah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun