Halo... Piye kabare?
Eh itu salam saya ya, bukan dari Pak Harto, Saya berharap Adinda yang membaca ini dalam keadaan yang sehat, tidak bermurung durja jika uang pulsa berkurang, berharap juga Ibunda dan Ayahnda juga demikian dalam keadaan sehat. Tak terkecuali masnda, mbaknda, bronda, sisnda, dan seluruh kompasiananda, serta seluruh penduduk Indonesia semoga kuat dalam menghadapi kenyataan hidup hari ini.
Derita ini sangat nyata dan terasa, jika Anda tidak merasakannya maka bersyukurlah karena itu menunjukkan Anda sudah kaya. Ya betul sekali ini derita untuk kalangan elit alias ekonomi sulit. Yang besok hari masih khawatir besok bisa makan atau tidak, bukan derita untuk yang pusing besok mau makan di mana.
Tidak berdaya dan pasrah, itulah yang bisa dilakukan. Tapi hidup harus tetap jalan. Jika uang tidak cukup lagi untuk membeli beras, mungkin sepeda motor dipojokkan bisa digadaikan. Eh ternyata itu sepeda motor tetangga, nggak jadilah. Mungkin TV di ruang tamu bisa coba ditawarkan ke tetangga. Oh ya tetangga juga lagi sulit juga, suaminya udah dua bulan nggak kerja, satu-satunya cara kembali ke kantor yang "mengatasi masalah tanpa masalah". Karena TV merupakan satu-satunya hiburan di rumah maka niat ini pun dibatalkan. Barang yang paling untuk dijual atau digadaikan adalah HP milik Bambang.
Satu Minggu Kemudian....
Si cantik Delima yang kini sudah duduk dibangku kelas 2 SMA baru saja pulang sekolah. Uang SPP sudah tiga bulan belum dibayar, jika lewat tiga bulan maka Delima akan dikeluarkan dari sekolah. Maklum Delima sekolah di suatu sekolah swasta yang biayanya selangit. Sedangkan adiknya Bambang sudah seminggu nggak mau masuk sekolah karena HP Samsung Galaxy-nya harus dijual untuk membiayai kehidupan.
Tiga Minggu Kemudian...
Hari sudah menunjukkan pukul 20.00 WIB, namun Delima belum juga pulang. Bapak dan Ibu yang malang itu khawatir anaknya akan terjerumus menjadi pekerja PSK seperti para ABG yang salah pergaulan. Sebelumnya telah tersiar kabar dari sahabat Delima bahwa Delima dikeluarkan dari sekolah karena tidak juga melunasi uang SPP.
Sedangkan si Bambang sudah satu bulan nggak jelas kerjaannya bersama teman-teman dari kampung sebelahnya, pergi malam, pulang pagi. Diduga ia mabuk-mabukan di tempat rental PS yang beroperasi 24 jam itu.
Tiga Bulan Kemudian...
Delima ditemukan over dosis di sebuah hotel yang rajin di kunjungi para PSK. Diduga Delima bersama 3 laki-laki dan 4 perempuan lainnya melakukan pesta sabu. Petugas membawa Delima ke panti rehabilitisi. Orang tua delima sangat terpukul mengetahui anak perumpuannya mengkonsumsi narkoba. Si Bambang sendiri tidak bisa menjenguk Delima karena seminggu lalu dilumpuh oleh polisi di saat mecoba membegal di kawasan Industri.
Hari ini...
Cerita di atas hanyalah karangan saya, tapi sangat mungkin terjadi. Kenaikkan Harga sangat berdampak luas dan keras bagi kalangan tidak mampu. Pendidikan menjadi taruhannya. Program pendidikan gratis, mungkin tidak akan banyak membantu karena mindset kebanyakan kalangan ekonomi lemah ini mencari uang lebih penting dari pada sekolah. Sehingga Angka putus sekolah di Indonesia terbilang cukup tinggi. Berdasarkan data yang saya dapat, setidaknya setiap menit ada empat orang yang putus sekolah.
Untuk mengatasi masalah ini, saya mencoba membuat konsep sekolah digital. Sekolah yang bisa dilaksanakan di manapun dan kapanpun, sekolah gratis untuk kalangan yang tidak mampu yang bisa diakses di manapun dan kapan pun (selama sinyal mendukung).Konsep sekolah ini, memungkinkan bagi siswa yang ingin membantu bekerja orang tuanya tetap bisa bersekolah di sela-sela waktunya. Sangat fleksibel, bahkan jika siswa serius, ia bisa menyelesaikan tingkat SMP dan SMA lebih cepat.