Mohon tunggu...
Didy
Didy Mohon Tunggu... Compliance -

Pelaku/Praktisi Pasar Modal Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Paradoks Manusia Indonesia

12 Agustus 2014   21:48 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:43 3038
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Paradoks adalah suatu situasi yang timbul dari sejumlah premis (apa yang dianggap benar sebagai landasan kesimpulan kemudian; dasar pemikiran; alasan; (2) asumsi; (3) kalimat atau proposisi yg dijadikan dasar penarikan kesimpulan di dl logika), yang diakui kebenarannya yang bertolak dari suatu pernyataan dan akan tiba pada suatu konflik atau kontradiksi. (Wikipedia)

Sebelum memasuki pandangan-pandangan beragam tentang manusia, saya akan coba mulai dengan membahas tentang definisi manusia itu sendiri. Ada banyak definisi yang berserakan, misalnya manusia sebagai makhluk yang berakal budi, makhluk yang berbicara, makhluk yang menggunakan simbol, makhluk yang berbudaya, makhluk yang spiritual, hingga makhluk yang berkehendak bebas.

Definisi itu jelas tidak mutlak. Karena manusia adalah makhluk paradoks, ia punya dua kecenderungan sekaligus yang kedua-duanya sama-sama benar. Misalnya, manusia adalah makhluk yang berkehendak bebas, tapi juga tidak bebas. Kenapa? Karena manusia terbatas pada hal-hal misalnya fisik, psikologis, dan lingkungan. Artinya, manusia adalah makhluk bebas tapi juga terbatas, yang mana jika terbatas adalah artinya tidak bebas. Manusia juga adalah makhluk yang tertutup, dalam artian yang ia bisa ketahui hanya dirinya sendiri untuk dirinya sendiri. Namun di waktu bersamaan manusia juga adalah makhluk yang terbuka, ia selalu berusaha melampaui dirinya. Misalnya, ia kerap berupaya memahami orang lain, masyarakat, alam semesta, hingga Tuhan. Padahal yang semua itu berangkat dari pemahaman manusia itu tentang dirinya sendiri.

Keunikan Paradoks

Membicarakan tentang paradoks memang unik. Dalam paradoks, kita akan menemukan banyak hal yang demikian kompleks, aneh, membingungkan. Contoh lain, di Indonesia kini banyak sekali peristiwa tak terduga. Setiap hari berita di televisi melaporkan peristiwa-peristiwa “unik” tentang banyak hal: politik, hukum, bencana, dan lain-lain. Kesemuanya unik, banyak yang tidak wajar, dan terlalu banyak yang unik itu malah membuatnya menjadi biasa. Hal-hal seperti: menjadi tidak ada pilihan karena terlalu banyak pilihan,menjadi tidak ada yang unik karena terlalu banyak yang unik adalah contoh paradoks yang banyak kita jumpai dalam kehidupan.

Paradoks: antara Budaya Timur dan Barat

Akar budaya barat mengedepankan rasio (akal), sementara budaya timur mengedepankan rasa (emosi). Keduanya bertemu menjadi paradoks. Sebagai contoh, dalam budaya barat tragedi dan komedi adalah 2 hal yang bertentangan. Tapi dalam budaya timur, senyum berarti banyak hal. Dalam budaya kita, senyum tak selalu berarti komedi. Senyum tak selalu berarti senang, tetapi ada banyak kemungkinan arti di baliknya. Ada senyum tak senang, senyum menertawakan, senyum tanda mengerti, senyum menyadari kebodohan diri sendiri, dan seterusnya.

Paradoks dalam Kata-kata

Kata-kata mewakili contoh bagus paradoks. Banyak kata yang kini artinya mendua, dan bisa saling bertentangan. Jawaban “ya” tak selalu berarti ya, tapi juga bisa berarti tidak. Ya, barangkali artinya ya, sudah mendengar, tapi niatnya tidak akan melakukan. Perkembangan kata kini juga semakin liar. Satu kata bisa berarti lain sekali maknanya dengan arti asalnya dalam kamus. Arti kata tak lagi pasti, tapi terkait dengan apa yang disebut kearifan lokal Bali: “desa-kalas-patra” (tempat-waktu-keadaan). Kata-kata, seperti halnya paradoks, punya kekuatan sendiri. Kata-kata bisa hidup sendiri, mampu menimbulkan imajinasi yang jauh lebih hebat daripada apa yang sesungguhnya terjadi. Suatu peristiwa hebat yang jelas-jelas terjadi malah bisa menjadi terasa biasa, karena hal-hal yang jelas terlihat menjadi terbatas. Sementara imajinasi yang ditimbulkan dari kata-kata tidak terbatas. Seringkali 1-2 kalimat mewakili cerita tersembunyi yang justru tak dikatakan. Apa yang tidak dikatakan malah terkatakan, atau sebaliknya, apa yang dikatakan malah menjadi tak terkatakan. Begitulah paradoksnya.

Paradoks dan Kearifan Lokal Manusia Indonesia

Berbagai keganjilan paradoks dalam diri manusia Indonesia bisa dilihat sebagai kekurangan atau kelebihan. Menjadi cacat kalau ukurannya kepastian. Sebaliknya, ketidakpastian dalam kearifan lokal kita yang didasarkan pada perhitungan akan berbagai kemungkinan perkembangan memberi ruang bagi paradoks itu untuk dipertahankan. Ketidakpastian kearifan lokal itu malah memberi kita suatu jeda yang memungkinkan kita untuk mengevaluasi diri, bisa lebih tenang/sabar menghadapi ketidaksempurnaan untuk kemudian bangkit dan survive.

Kesimpulan:

- Paradoks:  segala peristiwa bersifat mendua (yin dan yang) dan hal yang bertentangan itu selalu ada di   semua hal, menyatu padu, tak bisa dipisahkan.

- Paradoks ada karena kebenaran yang sudah diketahui baru 10%. 90%nya kebenaran yang mesti kita cari. Bagaimana mungkin semua bisa dipastikan kalau kebenarannya masih belum kita tahu?

- Karenanya, paradoks jangan dilenyapkan sama sekali, melainkan dapat menjadi alternatif pemikiran untuk terus mencari kebenaran. Konsekuensinya, kebingungan menjadi wajar.

- Paradoks bukanlah cacat. Tetapi untuk dicari apa sebab di baliknya.

- Paradoks adalah kekuatan kalau kita mau dan mampu mempergunakannya.

- Paradoks tidak sama dengan dilema. Menjadi dilema kalau didilemakan. Kita juga tak bisa menjadikannya sebagai peluang, sebab paradoks itu sendiri sudah merupakan peluang…(kalau kita mampu memanfaatkannya) menjadi energi (yang timbul setelah ada proses pencarian dan evaluasi diri).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun