Tigaraksa  -- Di usia senjanya, L. Juhairi (61) harus berjuang sendiri tanpa ditemani istri dan anak untuk melawan penyakit Diabetes Mellitus yang sudah ia derita sejak tahun 2017. Sejak saat itu pun, ia berteman akrab dengan Program Jaminan Kesehatan Nasional -- Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS).
Juhairi menceritakan sebenarnya ia mendaftarkan diri menjadi peserta JKN-KIS pada tahun 2015. Awalnya, selain ia menyadari menjadi peserta JKN-KIS adalah kewajiban dirinya sebagai penduduk Indonesia, ia juga mempersiapkan diri jika sewaktu-waktu jatuh sakit. Menurut Juhairi, manusia hampir tidak mengetahui kapan akan jatuh sakit sehingga perlu persiapan diri untuk menghadapinya.
"Ternyata langkah saya untuk menyiapkan diri itu tepat. Pada tahun 2017, saya sudah merasakan gejala-gejala, namun baru pada bulan Februari 2018 saya memberanikan diri untuk berkonsultasi ke dokter mengenai gejala yang saya alami. Benar saja, saya didagnosis menderita Diabetes Mellitus," ungkap pria kelahiran Palembang ini saat ditemui, Senin (28/12).
Sejak didiagnosis oleh dokter menderita Diabetes Mellitus, dengan sangat terpaksa, Juhairi harus rajin mengunjungi Puskesmas dan rumah sakit setiap bulannya untuk berkonsultasi ke dokter. Juhairi menjelaskan tujuan ia rutin ke dokter ini agar gula darahnya tetap terkontrol sehingga menjauhkannya dari hal-hal yang tidak diinginkan. Setiap bulannya, bersama motor kesayangannya, ia datang ke Puskesmas, kemudian jika diperlukan, ia akan dirujuk ke rumah sakit untuk perawatan lebih lanjut.
"Saya bersyukur pelayanan yang diberikan sangat bagus, baik di Puskesmas maupun di rumah sakit. Saya juga tidak pernah mengeluarkan biaya tambahan untuk berobat. Jadi, saya cukup memikirikan biaya akomodasi untuk perjalanan saya ke Puskesmas dan rumah sakit. Selain itu, tidak ada perbedaan antara pasien umum dan peserta JKN-KIS. Semuanya dilayani dengan baik," kata Juhairi.
Juhairi juga mengikuti Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) yang diadakan oleh Puskesmas. Melalui program tersebut, ia diberikan edukasi bagaimana cara menjaga diri agar penyakitnya tetap terkendali. Ia juga mengikuti pemeriksaan rutin seperti pengukuran tingkat gula darah. Selain itu, ia juga diajak oleh Puskesmas mengikut senam, yang sayangnya selama pandemi COVID-19 kegiatan tersebut ditiadakan.
Juhairi tidak memiliki pekerjaan tetap, namun ia memiliki semangat yang luar biasa dalam membayar iuran. Sejak tahun 2017, ia mengaku selalu membayar iuran JKN-KIS satu tahun di muka, biasanya ia bayarkan di bulan Januari. Ia takut sewaktu-waktu ia lupa untuk membayarkan iurannya dan kartu menjadi non aktif, sehingga menghambat perawatannya. Jadi, ia melakukan cara tersebut untuk menjaga dirinya.
"Saya tidak ingin ketika saya butuh, kartu saya tidak aktif dan menjadi penghambat saya dalam berobat. Jadi, saya bayar di muka untuk satu tahun. Saya utamakan dulu untuk membayar iuran JKN-KIS karena saya akui saya butuh program ini. Namun, saya tekankan menjadi peserta JKN-KIS itu wajib, butuh atau tidak butuh, begitu pula dengan membayar iurannya. Seperti pengalaman saya, awalnya saya tidak menyangka akan berteman akrab dengan program ini, saya cuma berjaga-jaga saat itu. Jadi, alangkah baiknya jika kita mempersiapkan diri dengan menjadi peserta JKN-KIS dan jangan lupa untuk membayarkan iurannya," tutup Juhairi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H