Setelah beberapa seri tulisan saya mengenai TKI di blog saya, saya ingin mengambil perspektif yang sedikit berbeda yang mungkin belum banyak dieksplorasi: pahlawannya pahlawan devisa. Secara hitung-hitung angka, sangat wajar jika TKI diberi gelar pahlawan devisa. Bagaimana tidak? remitansi dari para TKI ini membentuk pemasukan negara yang terbesar ke-2 setelah minyak dan gas! Sebagaimana pahlawan kemerdekaan, tentunya ini dicapai dengan perjuangan, penderitaan dan perngorbanan -sebelum, sesaaat, dan sesudah mereka menjadi TKI. Baik TKI yang bermasalah atau tidak, mereka semua tentunya harus melakukan pengorbanan. Yang tidak banyak diketahui atau diliput adalah bahwa ada orang-orang yang bekerja hampir 24 jam untuk memberikan perlindungan dan layanan untuk para pahlawan devisa ini. ya mereka adalah pahlawannya pahlawan devisa yang sayangnya sangat jarang saya lihat di media massa. Untuk mereka, saya angkat topi, jempol, dan apalagi yang bisa saya angkat untuk menunjukkan rasa hormat saya. Bertepatan, sebagian dari  mereka saya kenal secara pribadi, sebagai kolega di kantor Kementerian Luar Negeri dan teman pribadi. Ada yang bekerja di perwakilan Republik ini di luar negeri -khususnya di wilayah kerja para TKI- berada di garis terdepan. Mereka dipercaya untuk menangani saluran panas (hotline) yang harus dibuka selama 24 jam untuk memantau kasus-kasus TKI... bukan suatu kebetulan disebut hotline... karena memang jika ada komunikasi yang masuk biasanya bersifat bola panas! ini berarti kawan tersebut harus siap menerima telepon kapan saja... dan ini benar-benar kapan saja, termasuk jam-jam yang seharusnya untuk istirahat. Kawan dan rekan juga harus berhadapan dengan situasi yang sangat sulit yang mungkin kita pikir hanya ada di film-film. Ada TKI yang mencoba melarikan diri dari apartemen tingkat tinggi. Ada yang harus menghadiri upacara eksekusi hukuman mati...yang dapat mengakibatkan trauma. Banyak dari mereka ini juga ketika kembali bertugas di dalam negeri harus menjalankan mission: impossible serupa.  Setahu saya, tidak ada insentif material khusus yang diberikan pada mereka untuk tugas yang berat ini. Namun demikian, mereka tetap menjalankannya dengan luar biasa. Mereka ini, pahlawannya pahlawan devisa, yang juga berkorban dalam tugasnya. Setidaknya mereka harus berkorban waktu (kualitas maupun kuantitas) untuk diri mereka sendiri dan orang-orang terdekat. Seorang bapak muda harus seringkali meninggalkan anaknya yang baru lahir untuk melaksanakan tugas-tugas perlindungan. Bahkan ada juga yang harus mengalami sakit akibat jam kerja yang hampir tak berbatas. Pengorbanan yang tidak terbayar. Saya berharap semoga apa yang dilakukan para pahlawannya pahlawan devisa ini, dapat suatu saat mendapat tempat di hati masyarakat. Setidaknya agar teladan mereka juga menginspirasi bangsa ini untuk berbuat lebih baik lagi. Saya berharap media berkesampatan juga untuk memberikan ruang publik untuk hal-hal positif yang dilakukan para pahlawan di belakang layar ini. Entah kenapa, saya yakin, di luar orang-orang yang saya kenal ini ada juga pahlawan-pahlawan lainnya yang ikut bekerja bagi kebaikan untuk bangsa ini... terima kasih TUHAN untuk pahlawan-pahlawan ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H