Anindya Bakrie, Presiden Direktur Bakrie & Brothers dan Komisaris Utama VKTR, mengusulkan pendekatan berbasis lokal untuk mencapai target net-zero. "Green business itu menarik karena berdampak, dapat di-scale, dan menjadi vektor perubahan. Mengapa tidak memulai dengan net-zero lokal? Bali, misalnya, bisa menjadi pulau net-zero," ungkapnya, mengajak pelaku bisnis untuk berpikir inovatif dalam mencapai keberlanjutan.
Dalam diskusi terkait energi, Juli Oktarina, Direktur PT TBS Energi Utama Tbk, menekankan bahwa target net-zero pada tahun 2030 adalah tantangan besar, terutama dalam manajemen limbah. "Waste management, khususnya untuk limbah medis, harus menjadi perhatian. Obligasi hijau dapat digunakan untuk memperbaiki struktur perusahaan demi mengoptimalkan penggunaan energi terbarukan," jelasnya.
Peramas Wajananawat, Direktur Cement Plant SCG Indonesia, menyoroti strategi menuju net-zero pada tahun 2050 yang mencakup langkah-langkah seperti go green, pengurangan kesenjangan, penghapusan batubara, dan penggunaan energi terbarukan. Strategi ini sejalan dengan upaya global untuk mengurangi dampak lingkungan dari industri berat.
Dalam sektor teknologi dan keberlanjutan, Rivana Mezaya, Director of Digital and Sustainability Grab Indonesia, menjelaskan inisiatif Grab dalam mengurangi emisi karbon melalui fitur pemesanan makanan tanpa alat makan sekali pakai dan optimalisasi rute pengiriman. "Jika driver mengantarkan pesanan lain dalam satu rute, itu sebenarnya bagian dari upaya menjaga emisi dengan mengurangi perjalanan yang tidak perlu," katanya.
Diskusi ini dimoderatori oleh Arif Utomo, Manajer Engagement untuk Program Energi dan Bisnis Berkelanjutan WRI Indonesia, yang juga memberikan perspektif global tentang pentingnya transisi menuju energi bersih dan kebijakan yang mendukung keberlanjutan.
Acara ini juga diwarnai oleh presentasi dari Mr. Mario, perwakilan dari Chile, yang memberikan gambaran tentang bagaimana negaranya, yang dikenal sebagai pelopor energi surya dan penghasil tembaga terbesar di dunia, menghadapi perubahan iklim melalui inovasi teknologi dan kebijakan yang progresif. Ia mengingatkan bahwa perubahan dimulai dari diri sendiri, dengan tindakan sederhana yang dapat dilakukan di rumah.
Sejumlah pembicara lainnya, termasuk Frances Seymour dan Dr. Nani, juga menekankan pentingnya perlindungan hutan tropis dan ekosistem pesisir sebagai bagian dari solusi perubahan iklim. Frances menyebutkan bahwa hutan tropis, termasuk yang ada di Indonesia, berfungsi sebagai AC alami dunia, sementara Dr. Nani menyoroti peran penting generasi muda dalam melindungi kekayaan alam Indonesia.
Diskusi ini menegaskan bahwa kolaborasi lintas sektor dan pendekatan inovatif sangat penting bagi Indonesia untuk mencapai target keberlanjutan dan menjadi pemimpin dalam transisi global menuju masa depan yang lebih hijau.
Studio 2 Sesi 2C
Indonesia dalam Pusaran Transisi Energi Global: Tantangan dan Peluang Menuju Netralitas Karbon
Jakarta, September 2024Â --- Dalam diskusi terbaru yang menyoroti transisi energi global, sejumlah pemimpin dan ahli dari berbagai negara berbagi pandangan mereka tentang tantangan dan peluang yang dihadapi Indonesia dalam perjalanan menuju netralitas karbon. Diskusi ini menekankan pentingnya pendekatan lokal dan kolaborasi internasional dalam mencapai tujuan keberlanjutan.