Mohon tunggu...
Inez Candra Elora
Inez Candra Elora Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

‎

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Membangun Kembali Semangat Gotong Royong di Era Digital: Tantangan dan Peluang Bagi Indonesia

3 Januari 2025   11:50 Diperbarui: 3 Januari 2025   11:50 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Di tengah arus globalisasi yang semakin deras, Indonesia menghadapi tantangan yang tak kalah kompleks dengan peluang yang terbuka lebar. Salah satu isu kebangsaan yang menjadi perhatian adalah erosi nilai gotong royong di tengah masyarakat. Gotong royong, sebagai salah satu nilai luhur yang telah menjadi identitas bangsa, kini dihadapkan pada tantangan dari perkembangan teknologi dan perubahan gaya hidup masyarakat yang semakin individualistis. Namun, bukan berarti nilai ini kehilangan relevansinya. Sebaliknya, gotong royong perlu direinterpretasikan dan diaktualisasikan sesuai dengan dinamika zaman. Transformasi digital yang berkembang pesat di Indonesia membawa pengaruh signifikan terhadap pola interaksi sosial. Media sosial, platform berbagi, dan aplikasi digital lainnya memungkinkan masyarakat untuk berkomunikasi dan bekerja sama dengan cara yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Namun, di sisi lain, teknologi juga menciptakan jarak emosional dan sosial, yang secara perlahan dapat mengikis kepekaan terhadap kebutuhan bersama. Fenomena ini terlihat dari meningkatnya individualisme, minimnya partisipasi dalam kegiatan kolektif, dan melemahnya kesadaran terhadap isu-isu kebangsaan.

Salah satu contoh nyata dari tantangan ini adalah polarisasi masyarakat yang terjadi akibat penyalahgunaan media sosial. Alih-alih menjadi ruang untuk mempererat persatuan, media sosial sering kali menjadi arena untuk menyebarkan disinformasi, ujaran kebencian, dan perpecahan. Dalam konteks ini, nilai gotong royong yang seharusnya mendorong solidaritas justru tergantikan oleh sikap saling mencurigai. Padahal, semangat gotong royong sangat diperlukan dalam menghadapi berbagai tantangan kebangsaan, seperti pandemi COVID-19, perubahan iklim, dan ketimpangan sosial-ekonomi. Namun demikian, era digital juga menawarkan peluang besar untuk menghidupkan kembali nilai gotong royong dalam wujud yang lebih relevan. Teknologi dapat menjadi alat untuk menghubungkan individu-individu yang memiliki visi dan tujuan yang sama, meskipun berada di tempat yang berjauhan. Platform crowdfunding seperti Kitabisa, misalnya, menunjukkan bagaimana semangat gotong royong dapat diwujudkan dalam bentuk digital. Melalui platform ini, masyarakat dapat bergotong royong membantu sesama yang membutuhkan, baik untuk keperluan medis, pendidikan, maupun pembangunan fasilitas umum.

Selain itu, gerakan-gerakan berbasis komunitas juga mulai bermunculan dan menggunakan teknologi untuk memobilisasi dukungan. Contohnya adalah inisiatif komunitas dalam menangani masalah lingkungan, seperti pengumpulan sampah plastik secara kolektif, penanaman pohon, dan kampanye pelestarian alam. Aktivitas-aktivitas ini menunjukkan bahwa gotong royong tetap memiliki tempat di hati masyarakat Indonesia, hanya saja bentuknya telah beradaptasi dengan konteks zaman. Untuk memperkuat kembali nilai gotong royong di era digital, ada beberapa langkah strategis yang dapat dilakukan. Pertama, pendidikan karakter perlu diperkuat di semua jenjang pendidikan, dengan menanamkan nilai-nilai gotong royong sejak dini. Kurikulum pendidikan harus dirancang untuk mengajarkan pentingnya kolaborasi, empati, dan solidaritas dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, pengajaran harus mencakup literasi digital agar generasi muda mampu menggunakan teknologi secara bijak dan bertanggung jawab.

Kedua, pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya perlu menciptakan kebijakan yang mendukung tumbuhnya budaya gotong royong di dunia digital. Misalnya, dengan mengembangkan platform digital yang memfasilitasi kerja sama antarwarga dalam menyelesaikan masalah bersama. Kebijakan ini juga dapat mencakup pengawasan ketat terhadap konten negatif di media sosial, untuk mencegah penyebaran disinformasi dan ujaran kebencian yang dapat merusak persatuan. Ketiga, tokoh masyarakat, influencer, dan media massa memiliki peran penting dalam menyebarkan narasi positif tentang gotong royong. Mereka dapat memanfaatkan pengaruhnya untuk menginspirasi masyarakat agar kembali menghidupkan semangat kerja sama dan kepedulian sosial. Kampanye yang kreatif dan menarik di media sosial dapat menjadi alat yang efektif untuk menjangkau generasi muda yang lebih akrab dengan dunia digital.

Pada akhirnya, keberlanjutan semangat gotong royong bergantung pada kemampuan kita sebagai bangsa untuk menyesuaikan nilai ini dengan konteks yang terus berubah. Era digital bukanlah ancaman, melainkan peluang untuk memperkuat identitas kebangsaan melalui cara-cara baru yang lebih inklusif dan inovatif. Dengan memanfaatkan teknologi secara bijak, Indonesia dapat membangun kembali semangat gotong royong yang menjadi fondasi persatuan dan kekuatan bangsa. Hanya dengan kerja sama dan solidaritas, bangsa ini dapat menghadapi tantangan masa depan dan mencapai cita-cita bersama sebagai negara yang maju dan berkeadilan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun