Mohon tunggu...
Ineu Rahmawati
Ineu Rahmawati Mohon Tunggu... -

Saya Ineu Rahmawati, biasa dipanggil Ineu. Saya hanya seorang wanita biasa yang ingin mngubah hidup saya menjadi luar biasa. Saya berambisi dan seorang pemimpi. Impian yang saya inginkan harus saya kejar hingga saya lelah dan tersenyum ketika mendapatkannya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mahasiswa Ndeso ke Jerman Gratis, Why Not?

19 Mei 2014   03:36 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:23 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Hari ini saya bertemu dengan kawan lama saya yang bernama Asep Rudi Casmana, dia mahasiswa tingkat akhir UNJ yang berasal dari Subang. Masih tersimpan dalam memori saya ketika pertama kali bertemu di bandara Soetta saat kami akan pergi bersama-sama ke Malaysia dan Singapura untuk misi pengabdian masyarakat. Ketika itu, pria yang nada suaranya itu "sunda banget" baru pertama kali ke luar negeri dan kemampuan bahasa inggrisnya kurang. Dulu saya sempat jadi kakak pembimbing Asep dan Vina. Banyak sekali tingkah Asep yang membuat saya dan Vina tertawa geli akibat tingkahnya yang masih polos.

Singkat cerita sepulangnya saya, Asep, dan Vina dari misi pengabdian masyarakat, saya melihat tekad Asep untuk belajar bahasa asing karena ia ingin sekali keliling dunia. Sempat beberapa kali berbincang sharing pengalaman saya yang waktu itu sempat menjadi delegasi Indonesia untuk acara International Youth Leadership Conference di Ceko, ia sangat antusias untuk mengikuti acara serupa.

Dengan tekad dan kemampuan pas-pasan, mantan ketua BEM Fakultas Ilmu Sosial Politik ini berhasil menjadi delegasi MUN di Malaysia, ia juga sempat  menjuarai program CIMB yang memberangkatkannya ke Singapore dan berhasil masuk Universal Studio (dulu pas kita ke spore ga sempet ke sana soalnya hehe). Asep yang saya tau dia adalah laki-laki pintar, sempat dia bercerita bahwa IPnya 4. Waw, saya sangat takjub dengan pria ini. Jangan salah dia juga Mahasiswa Berprestasi UNJ 2012 dan 2013 jg loh.

Impiannya untuk berkeliling ASEAN sepertinya sudah tercapai. Tahun ini ia sudah berangkat ke Filipina untuk mengikuti acara Youth Conference (saya lupa namanya). Tak pernah terbayang olehnya bahwa Jerman adalah negara yang akan membawa mimpinya selanjutnya.

"Aku ga pernah kebayang Ka Ineu mau ke Eropa, aku masih takut," ujarnya.

Pantas saja sudah beberapa hari belakangan Asep selalu mengingatkan saya untuk datang ke UNJ pada saat pelatihan VTIC. Ternyata Asep, pria ramah dan murah senyum ini ingin memberitahu saya bahwa dia akan meneruskan jejak saya menapakkan kaki ke negeri eropa tanpa harus mengeluarkan uang sepeserpun alias gratis. Asep akan pergi ke Unversitas Leipzig, Jerman untuk pertukaran kebudayaan.

Saya masih ingat dulu Asep diantar oleh keluarganya ke bandara saat pertama kalinya ia ke luar negeri dan dibekali kripik pisang, hasil panen orang tuanya di Subang.  Siapa sangka pria ulet dan gigih ini akan ke Jerman pada bulan Juni 2014. Bukan suatu kebetulan ia pergi ke Jerman dan gratis pula. Saya tahu persis usaha, doa, dan ketekunannya untuk menggapai impian si anak ndeso ini. Ia sering kali sok dekat dengan rekan saya Leo Wibisono (Mahasiswa Berprestasi Tingkat Nasional 2012 dari IPB) untuk sekadar menanyakan bagaimana membuat CV yang baik atau bertanya soal conference di luar negeri.

Bagi kami (Asep dan saya) Eropa adalah negara yang sangat kami impikan, bukan untuk sekadar jalan-jalan karena kami tahu keadaan ekonomi keluarga yang sangat tidak memungkinkan untuk pergi kesana. Kami adalah anak yang tidak tega melihat orang tua harus mengeluarkan uang hanya untuk ke luar negeri demi sebuah jalan-jalan. Namun kami masih tetap bermimpi tak peduli seberapa banyak orang yang mencemooh, tak peduli seberapa banyak orang yang bilang "mimpi kali ye atau gila lu" tapi kami masih saja terus bermimpi. Toh kami hanyalah seorang pemimpi besar. Kami sadar untuk mewujudkan impian kami ini banyak hal yang orang tidak tahu dan mengerti, seberapa banyak kami berusaha, seberapa banyak kami berdoa, dan seberapa banyak keringat dan air mata yang kami keluarkan demi sebuah impian yang dulunya hanya sebuah "Mimpi".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun