Mohon tunggu...
Ines Puspita
Ines Puspita Mohon Tunggu... -

Guru di Sekolah Internasional Jerman - Pembicara seminar & pelatihan - Penulis - Aktivis pendidikan virtual, informal, dan non-formal

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kuliah Gratis di Universitas Mancanegara

31 Desember 2011   08:39 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:32 5069
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pernahkah kita membayangkan bisa kuliah dengan gratis atau biaya sangat minim tanpa beasiswa? Banyak dari kita merasa ini hanya mimpi kosong di tengah semakin maraknya komersialisasi pendidikan dan semakin melambungnya biaya kuliah akibat pernah diberlakukannya UU Badan Hukum Pendidikan. Meskipun UU BHP ini sudah dicabut saat ini, biaya belajar di perguruan tinggi sudah terlanjur mahal dan menciptakan lebih dalam lagi jurang kesenjangan dan diskriminasi belajar. Apa yang bisa dilakukan apabila semua universitas di Indonesia menutup pintu karena kita memiliki keterbatasan dana dan hambatan birokratis untuk bisa kuliah di Indonesia?

Banyak jalan yang bisa kita lakukan untuk mengenyam pendidikan tinggi meskipun memiliki berbagai keterbatasan. Jalan tersebut bisa disesuaikan dengan tujuan kenapa kita ingin mengenyam pendidikan tinggi. Apakah tujuan kita masuk universitas untuk menuntut ilmu yang kita minati setinggi-tingginya? Untuk modal mencari kerja? Untuk bisa berhubungan dan berjejaring dengan para akademisi di kampus?

Apapun tujuan kita berpendidikan tinggi, akses untuk mendapatkan pendidikan tersebut secara terjangkau bisa didapat lewat teknologi. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat dalam 1 dekade terakhir telah memungkinkan seseorang belajar dari jarak jauh sebaik belajar di kelas tatap muka. Inovasi-inovasi teknologi tersebutlah yang kemudian mendorong banyak universitas membuat Open Course Ware (OCW), yaitu sistem yang memungkinkan dibagikannya secara gratis materi kuliah yang dibuat oleh berbagai universitas via internet. Gerakan ini dimulai tahun 1999 oleh University of Tübingen di Jerman dan kemudian diikuti oleh puluhan universitas di 46 negara (data Open Course Ware Consortium tahun 2011).

Berbagai universitas telah membuka akses perkuliahan mereka. Sebut saja Tokyo Institute of Technology di Jepang, Taipe Medical School di Taiwan, University of Notre Dame di Belanda, King Khalid University di Saudi Arabia, Yale di Amerika Serikat dan masih banyak lagi. Mata kuliah yang ditawarkan di setiap universitas jumlahnya beragam dari puluhan hingga ribuan mata kuliah, dari mata kuliah yang umum dipelajari di universitas-universitas di Indonesia sampai yang tidak ada di Indonesia seperti mata kuliah Satellite engineering, Computer Games and Simulations, Lego Robotics, Digital Anthropology, 20th Century Art, The Ancient City, Reading Poetry, dan lain-lain.

Tahapan perkembangan Open Course Ware universitas-universitas ini beragam dari yang masih dalam tahap pengembangan sampai pada tahap yang maju seperti di Massachusetts Institute of Technology (MIT) dan Standord University yang merupakan dua di antara universitas papan atas di Amerika Serikat. OCW universitas yang masih dalam tahap perkembangan biasanya memberikan akses terhadap materi kuliah tetapi tidak kepada dosen-dosen mereka dan tidak memberikan gelar, kredit, atau sertifikat terhadap mereka yang belajar melalui sistem OCWnya. Pembelajar juga tidak harus mendaftar.

Di OCW universitas-universitas yang sudah maju seperti di MIT dengan program MITx nya kita bisa mengikuti kuliah onlinenya secara langsung, diajar oleh para professor MIT, berdiskusi dan berinteraksi dengan mahasiswa MIT di kampus dan mahasiswa online lainnya, diberi tugas yang sama dan diberi umpan balik tentang perkembangan belajar kita sama seperti mahasiswa mereka. Apabila kita menguasai mata kuliah yang diambil maka kita juga akan diberi sertifikat oleh MITx.

Contoh lainnya adalah program-program kuliah online singkat dan gratis serta bersertifkat dari Stanford University seperti yang sudah dilakukan yaitu Introduction to Artificial Intelligence, Machine Learning, dan Introduction to Database dan yang akan dibuka di tahun 2012 meliputi berbagai program di bidang Entrepreneurship, Medicine, Civil Engeenering, Electrical Engineering, dan Computer Science. Dalam program ini Stanford University menurunkan professor-professor mereka untuk mengajar puluhan ribu peserta kuliah online di seluruh dunia, memberi mereka tugas serta memeriksa tugas peserta didik onlinenya untuk memastikan bahwa mereka memiliki kemampuan melebihi standar sebelum diluluskan dari program tersebut. Stanford University juga mengembangkan ClassX sehingga baik kelas perkuliahan, diskusi, ataupun seminar serta pelatihan mereka bisa diakses secara langsung oleh siapa saja.

Kalau kita menginginkan model universitas yang menawarkan program bergelar, model universitas seperti University of People (UoP) patut dipertimbangkan. Meskipun masih dalam proses akreditasi di Departement Pendidikan Amerika Serikat, Universitas yang didirikan tahun 2009 oleh Shai Reshef sudah menawarkan 2 program bergelar yaitu Business Administration dan Computer Science. Dekan serta kepala akademisnya berasal dari New York University, Emory University dan Columbia University. Calon mahasiswa / mahasiswanya hanya dikenai biaya yang nominalnya tergantung dari mana mahasiswa berasal yaitu sebesar 10-50 US$ untuk pendaftaran dan 10-100 US$ per mata pelajaran untuk biaya pemrosesan ujian. Selain biaya tersebut, tidak ada lagi biaya yang harus dibayar. Tidak adanya biaya kuliah di UoP ini merupakan penerapan dari motto nya yaitu “Pendidikan, seperti halnya demokrasi, seharusnya menjadi hak, bukan hak istimewa.” Universitas yang bermarkas di California ini hanya dalam waktu 2 tahun sudah memiliki 1200 mahasiswa dari 121 negara. Meskipun berbiaya sangat rendah, bukan berarti UoP akan menerima setiap aplikasi calon mahasiswa. Kenyataannya selama 2 tahun beroperasi, hanya 3 persen pendaftar yang diterima kuliah di sana.

Baik kesempatan kuliah gratis yang diberikan melalui Open Course Ware universitas-universitas di atas maupun kuliah berbiaya rendah seperti di University of People memang masih perlu terus berkembang untuk bisa sampai pada tahap yang setara dengan program-program berbayar yang ditawarkan oleh universitas-universitas di dunia. Beberapa mata kuliah dan jenis program yang membutuhkan sesi tatap muka tentu akan sulit diakses melalui program belajar online ini sehingga masih diperlukan upaya bagaimana membuat sesi tatap muka juga mungkin dan bisa diakses dengan mudah. Tetapi usaha institusi-institusi pendidikan tinggi ini untuk memberi kesempatan belajar di level perguruan tinggi bagi siapa saja secara cuma-cuma atau biaya sangat rendah merupakan usaha luar biasa yang perlu dimanfaatkan.

Dengan semakin terbukanya akses terhadap materi perkuliahan, para professor dan partner belajar dari universitas-universitas di berbagai negara, tidak ada alasan lagi bagi kita untuk tidak menyamakan kemampuan dengan mereka yang dengan mudah bisa kuliah di univeritas-universitas prestisius dunia. Kita sekarang memiliki kesempatan belajar yang sama. Tanpa gelar sekalipun kita bisa menimba ilmu yang sama dari orang dan institusi yang sama. Tidak ada alasan lagi untuk tidak bisa kuliah. Meskipun kita hidup, bekerja dan mengabdi di tanah air, belajar di universitas-universitas mancanegara tetap bisa kita lakukan dengan biaya tidak lebih dari biaya mengakses internet. Gelar bisa menunggu tetapi kemampuan untuk mengenyam pendidikan tinggi jangan ditunda.

“Warnet masih buka, tidak? Harvard...I am coming...”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun