Mohon tunggu...
Ineke Stasia Vanela
Ineke Stasia Vanela Mohon Tunggu... Mahasiswa - Long life learner

A Wife A Mother A Student A Teacher

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Filosofi Petani

6 Maret 2023   20:51 Diperbarui: 6 Maret 2023   21:04 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Topi sawah selalu rapuh

Sebelum petani menikmati beras yang dihasilkannya

Orang-orangan sawah, selalu punya cara sendiri

Dalam menjaga padi.

Puisi ini memiliki makna  tentang perjuangan seorang pendidik dalam mendidik anak bangsa.

Unsur budaya pertanian (persawahan) menggambarkan kearifan lokal bangsa Indonesia. 

Pendidik laksana seorang petani dalam mengelola sawah guna mendapatkan kualitas yang terbaik.

Keringat datang silih berganti tak pernah terhitung oleh anak jari (Perjuangan seorang guru yang tiada tara dalam mendidik anak muridnya )

Badai melanda tak pernah berbisik dengan kata permisi ( Tantangan zaman yang datangnya susah diprediksi, contohnya di era globalisasi masuknya budaya budaya asing tanpa terkendali yang membuat generasi muda bangsa perlahan melupakan budaya sendiri) 

Cuaca yang bermuara, selalu lepas dari kompas nalar yang ada (Keadaan yang cepat berubah, seperti kualitas SDM peserta didik yang jauh menurun dibandingkan dahulu)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun