Topi sawah selalu rapuh
Sebelum petani menikmati beras yang dihasilkannya
Orang-orangan sawah, selalu punya cara sendiri
Dalam menjaga padi.
Puisi ini memiliki makna  tentang perjuangan seorang pendidik dalam mendidik anak bangsa.
Unsur budaya pertanian (persawahan) menggambarkan kearifan lokal bangsa Indonesia.Â
Pendidik laksana seorang petani dalam mengelola sawah guna mendapatkan kualitas yang terbaik.
Keringat datang silih berganti tak pernah terhitung oleh anak jari (Perjuangan seorang guru yang tiada tara dalam mendidik anak muridnya )
Badai melanda tak pernah berbisik dengan kata permisi ( Tantangan zaman yang datangnya susah diprediksi, contohnya di era globalisasi masuknya budaya budaya asing tanpa terkendali yang membuat generasi muda bangsa perlahan melupakan budaya sendiri)Â
Cuaca yang bermuara, selalu lepas dari kompas nalar yang ada (Keadaan yang cepat berubah, seperti kualitas SDM peserta didik yang jauh menurun dibandingkan dahulu)