Menjadi pemimpin bukanlah akhir dari suatu jenjang tapi bagian dari tahapan pembelajaran hidup. Mulai dari belajar dari pemimpin terdahulu, senior, orang yang kita pimpin, dan dari sekitar kita serta dari kesalahan masa lalu. Intinya, mereka yang berada di posisi pemimpin, sebaiknya jangan berhenti belajar, yaitu belajar  menjadi lebih baik atas apa yang sudah Anda lakukan, ucapkan, dan hasilkan karena tiga hal tersebut akan selalu diperhatikan dan dibicarakan orang lain tentang diri Anda.
Sayangnya, tidak semua yang berada di posisi pemimpin menyadari hal tersebut atau mungkin juga lupa karena terlena pada posisi dan fasilitas. Padahal, tujuan seseorang  ditunjuk menjadi pemimpin bukan sekadar memimpin saat ini. Tetapi juga dapat menghasilkan pemimpin berikutnya yang lebih baik.Â
Ingatkan diri Anda  bahwa kedudukan dan jabatan hanya bersifat sementara. Kelak saatnya harus diganti maka bagian penutup cerita kepemimpinan Anda adalah penilaian dari sekitar.  Banyak yang mengira untuk mendapatkan  nilai positif dan disegani bahkan hingga pascakepemimpinan, hanya dilihat dari kecakapan dan hasil pekerjaan. Sayangnya, itu saja tidak cukup karena sikaplah yang akan menjadi penentunya. Berikut 5 sikap yangg harus dihindari agar citra  tetap terjaga:
- Marah berlebihan
Menjadi pemimpin dituntut untuk bijaksana dan sabar. Tetapi, bukan berarti  tidak boleh marah. Memang kesabaran ada batasnya tapi jika suatu saat terpaksa marah, ingatkan diri Anda bahwa  martabat harus dijaga. Dengan begitu, Anda akan berpikir dua kali untuk berperilaku kasar atau mengumpat.
- Tidak Adil
Percakapan yang umum di kalangan karyawan adalah soal kecemburuan atau merasa diperlakukan tidak adil. Jika ini terjadi dalam tim Anda, lakukan evaluasi pada  keputusan-keputusan Anda karena bisa jadi apa yang kita anggap benar belum tentu  membuat orang lain merasa adil. Ketidakadilan hanya akan menimbulkan gap dan  mengganggu target organisasi. Ketidakadilan yang paling sederhana adalah suka membanding-bandingkan antara satu dengan yang lain. Kadang ada pemimpin yang melakukannya secara verbal & sengaja. Ini tentu menyakitkan bagi yang dibanding-bandingkan. Lakukan evaluasi secara personal dan sebaik-baiknya hingga mereka merasa tidak dibanding-bandingkan.
-  Harus  Dihormati
Namanya juga pemimpin, pasti dihormati. Tetapi belum tentu penghormatan yang kita dapat itu tulus. Bisa jadi karena Anda memiliki status istimewa. Jadikan rasa hormat yang Anda terima sebagai apresiasi bukan sebagai kewajiban mereka. Jangan menuntut dihormati karena akan terjebak pada sikap semena-mena, frontal, dan otoriter.
- Suka Mengintimidasi
Menjadi pemimpin dituntut jeli dan menguasai area kerja dan jangan sampai terjadi kesalahan. Tetapi, jika ada kejadian atau kesalahan, sebenarnya anggota Anda sedang merasa takut. Jika Anda ingin mereka jujur dan berintegritas jangan melakukan cek atau interogasi dengan mengintimidasi. Sebaliknya, Anda yang  harus menguasai situasi dan  menentukan arah  pembicaraan. Â
- Jauhi Budaya Bully
 Pemimpin tentu perlu memperhatikan penampilan. Tetapi, saat Anda merasa penampilan  sudah menarik, belum tentu di mata orang lain Anda tampak menawan. Untuk itu, jangan jadikan penampilan fisik sebagai dasar untuk menilai seseorang hingga mem-bully. Justru kita bisa bercermin dari penampilan orang lain untuk mengetahui apakah tampilan kita sudah bagus atau sebaliknya ada yang masih kurang untuk kita perbaiki.
Ini hanya 5, silahkan  tambahkan lagi referensi Anda dan jadilah pemimpin yang dapat diteladani.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H