Peristiwa (facts)
Latar Belakang Situasi yang dihadapi
Salah satu hal tersulit dalam hidup adalah mengambil sebuah keputusan. Bagaimana keputusan tersebut bisa menjadi hal yang akan disesali kemudian, sehingga membuat keputusan itu bukanlah sesuatu hal yang mudah. Seorang guru dalam aktivitas kesehariannya di dalam suatu ekosistem pendidikan juga tak pernah lepas dalam suatu pengambilan keputusan, baik yang berkenaan dengan warga sekolah, seperti kepala sekolah, rekan sejawat pendidik maupun tenaga kependidikan, murid, dan proses pembelajaran di sekolah.
Guru sebagai seorang pemimpin pembelajaran tentunya diharapkan mampu untuk mengambil keputusan secara efektif dan tepat Sasaran. Keputusan tersebut, secara langsung atau tidak langsung dapat menentukan arah dan tujuan dalam suatu proses pembelajaran, yang pada akhirnya akan berdampak pada mutu pendidikan yang didapatkan murid. Pada Program Pendidikan Guru Penggerak ini saya mendapat banyak pengetahuan dalam hal pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran.
Sebagai pemimpin pembelajaran, seorang pendidik harus bisa memaksimalkan potensinya, mengambil keputusan yang tepat dalam rangka memfasilitasi pembelajaran bagi murid agar seluruh murid yang ada bisa mengakses pembelajaran sebagaimana layaknya seperti pada pembelajaran tatap muka. Kondisi yang ada yakni pandemi tidak seharusnya menjadi alasan bagi guru untuk mengurangi apalagi menghilangkan hak akses pembelajaran bagi murid, akan tetapi menjadi sebuah tantangan bagi kita untuk memaksimalkan potensi dalam memfasilitasi peserta didik mengakses pembelajaran dengan berbagai cara yang bisa ditempuh misalnya dengan penggunaan modul pembelajaran ataupu melakukan kunjungan rumah dan membangun komunikasi baik dengan peserta didik maupun orang tua atau wali peserta didik.
Salah satu dilema yang saya alami sebagai wali kelas adalah ada satu anak didik saya yang berinisial WS tidak dapat mengikuti pembelajaran secara daring maupun luring saat pandemic covid 19 karena terkendala keadaan. Dia tinggal di rumah sendiri karena kedua orang tuanya sudah berpisah, bapaknya sudah menikah lagi dan tinggal bersama istrinya, sedangkan ibunya bekerja di luar negeri. Anak tersebut setiap harinya bekerja sebagai kuli bangunan di sekat rumahnya, kebetulan rumah saudaranya sendiri yang dibangun. Selain keadaan keluarga, motivasi intrinsik anak tersebut untuk sekolah juga kurang sehingga banyak nilai yang kosong. Pada saat ujian sekolah sebentar lagi berlangsung terjadi diskusi sengit antar guru mapel, guru BK, wali kelas, serta staf. Apakah siswa tersebut diberi  nilai dan bisa melanjutkan menuju ujian sekolah atau harus dikeluarkan dari sekolah.
Dilema yang kedua saya alami saat modul 2 tentang pemimpin pembelajaran. Saat membahas tentang program kerja dan visi misi sekolah. Dilema yang saya alami apakah saya harus mengganti visi misi yang selama ini sudah ada di sekolah ataukan saya mengikuti visi misi yang selama ini sudah berjalan. Saya kira semua ada konsekuensinya dan tidak akan mudah, perlu pemikiran yang matang.
Alasan melakukan Aksi NyataÂ
Tujuan Umum aksi nyata ini adalah mendeskripsikan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Tujuan khususnya adalah melakukan praktik baik untuk menjadi pemimpin pembelajaran dengan mengambil keputusan yang berpihak pada anak. Praktik aksi nyata dilakukan dengan mengadakan diskusi dengan rekan sejawat secara maksimal.
Fakta mengenai materi terkait pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran yang sudah saya pahami dengan sungguh-sungguh akan saya praktikkan di kelas dan sekolah serta MGMP Bahasa Indonesia Kabupaten Tulungagung. Pemimpin pembelajaran sudah sepatutnya menerapkan pengambilan keputusan yang berpihak pada murid, dengan menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan keputusan.
Tahapan-tahapan tersebut dapat membantu guru sebagai pemimpin pembelajaran untuk membuat keputusan-keputusan yang efektif dan tepat sasaran, bahkan jika harus diperhadapkan pada suatu kasus dilema etika maupun kasus bujukan moral yang sangat mungkin menjadi salah satu kondisi dimana keputusan harus tetap diambil. Hal-hal positif tersebut akan saya bagikan kepada rekan-rekan sejawat di sekolah melalui komunitas praktisi yang sudah terbentuk.