Arca Siwa Mahadewa merupakan salah satu karya seni budaya Hindu yang terkenal di Indonesia. Arca ini memiliki beragam bentuk dan makna yang diinterpretasikan dalam kebudayaan masyarakat Hindu.Â
Arca Siwa Mahadewa menjadi inspirasi bagi seniman dan pelukis dalam mengekspresikan seni mereka, serta menjadi daya tarik bagi para wisatawan yang ingin mengetahui lebih dalam mengenai budaya dan sejarah Indonesia. Di Indonesia, banyak terdapat arca Siwa Mahadewa yang tersebar di berbagai daerah, termasuk di Bali.
Selain sebagai bagian dari kebudayaan Hindu, arca Siwa Mahadewa juga menjadi warisan budaya Indonesia yang harus dijaga dan dilestarikan agar tetap terjaga keasliannya dan dapat diapresiasi oleh masyarakat masa kini dan masa yang akan datang. Arca dewa Siwa memiliki makna yang mendalam dan memiliki ciri khas tertentu sesuai dengan periode waktu di mana arca tersebut dibuat. Oleh karena itu, mempelajari arca Siwa Mahadewa bukan hanya untuk mengetahui sejarah dan budaya, tetapi juga dapat mengapresiasi seni dan nilai-nilai kehidupan yang terkandung di dalamnya (Darma, 2021).
Arca Siwa Mahadewa adalah salah satu arca yang berwujud Siwa sebagai dewa tri murti bersama Brahma dan Wisnu. Siwa dipandang sebagai dewa penguasa dunia atau Jagatnata yang bertanggung jawab pada kehidupan sekaligus kematian dunia ini. Dalam budaya Hindu, arca Siwa Mahadewa memiliki peran penting dalam kegiatan peribadatan dan diikat oleh sejumlah ketentuan.
Arca Siwa Mahadewa memiliki beragam representasi dan penafsiran dalam kebudayaan Hindu, termasuk di Bali. Arca dewa Siwa kuno yang ditemukan di Bali digambarkan dengan sikap duduk ardhaparyangka atau duduk bersila dengan jatamakuta (rambut yang dibentuk sebagai mahkota) dan berhiaskan ardhacandrakapala. Arca ini juga memiliki ciri-ciri khas, seperti bertangan empat, menggunakan atribut seperti aksamala, trisula, camara, kalasa, dan lainnya.
Gaya seni dalam arca-arca Siwa Mahadewa juga berbeda-beda, tergantung pada periode waktu di mana arca tersebut dibuat. Arca Siwa di Pura Desa Alit memiliki gaya seni yang tergolong tipe dari abad VIII-IX Masehi dengan ciri-ciri lemah lembut, kegemuk-gemukan, dan mata setengah terbuka mengarah ke ujung hidung. Sementara itu, arca Siwa di Pura Pingit Melamba yang digambarkan duduk bersila di atas asana padma ganda memiliki ciri-ciri seni yang muncul pada abad X-XI Masehi (Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi D.I.Yogyakarta, 2017).
Arca Siwa Mahadewa menjadi salah satu peninggalan budaya yang menggambarkan keagungan dan kompleksitas kepercayaan Hindu. Dalam kepercayaan tersebut, Siwa dianggap sebagai dewa tertinggi dari Trimurti, bersama dengan Brahma dan Wisnu. Pada artikel ini, kita telah melihat berbagai representasi dan penafsiran Arca Siwa Mahadewa, termasuk ciri-ciri khasnya dalam seni dan peran pentingnya dalam kegiatan peribadatan.
Dalam deskripsi Arca Siwa Mahadewa tersebut, kita dapat melihat betapa teliti dan detailnya pahatan pada arca tersebut. Meskipun terdapat sedikit kerusakan pada wajah arca, namun bentuk raut muka masih dapat terlihat jelas.Â
Arca ini digambarkan dalam sikap duduk dengan berbagai perhiasan yang melambangkan kedewaan Siwa. Dari mahkota, hingga lingkaran kedewaan (irascakra), setiap elemen pada arca ini memiliki makna dan simbolik tersendiri.
Interpretasi pertanggalan relatif empat arca batu koleksi Museum Nasional Indonesia memberikan wawasan lebih lanjut tentang asal-usul dan perkembangan arca Siwa Mahadewa.Â
Arca ini memiliki nilai sejarah yang tinggi dan menjadi bagian penting dari warisan budaya Indonesia. Adanya penjelasan tentang penggambaran tokoh, perhiasan, dan atribut yang dimiliki arca memberikan pemahaman mendalam tentang kepercayaan dan kebudayaan Hindu pada masa lalu.