Mohon tunggu...
Indy Hikmatul Maulidiyah
Indy Hikmatul Maulidiyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi S1 prodi bimbingan dan konseling Universitas Negeri Surabaya

Saya seorang mahasiswi yang tengah menempuh S1 di program studi bimbingan dan konseling. Suka membaca topik pengembangan diri.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengenal Program Studi Bimbingan dan Konseling: Bukan untuk Menjadi Guru yang Galak

29 Juli 2024   14:15 Diperbarui: 29 Juli 2024   14:40 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Apa yang terlintas di benakmu ketika pertama kali mendengar kata ‘BK’? Guru yang galak? Tugasnya berhubungan dengan anak-anak nakal? Guru yang gajinya kecil? Atau malah guru yang membuatmu trauma semasa sekolah? Hmm.. tapi apa iya seperti itu?

Stigma-stigma di atas masih lekat di kalangan masyarakat, mereka beranggapan bahwa guru BK itu galak dan menakutkan. Padahal, bimbingan dan konseling sendiri bukan soal menjadi guru BK yang pemarah. Program studi bimbingan dan konseling sama seperti psikologi, mengajarkan untuk berempati dan menjadi pendengar yang baik. Di abad ke-21 ini, profesi yang terkesan memiliki label jahat dan pemarah itu harusnya sudah tidak relevan lagi. Yuk, kenali program studi bimbingan dan konseling lebih lanjut!

Apa itu bimbingan dan konseling? Secara pengertian, kata bimbingan bisa diartikan sebagai proses dalam membantu seseorang untuk menentukan pilihan penting yang dapat memengaruhi kehidupannya, seperti memilih gaya hidup yang diinginkan (Gladding, 2000:4). Sedangkan, makna konseling menurut American Counseling Association (ACA) adalah penerapan prinsip-prinsip kesehatan mental, perkembangan psikologis manusia, melalui intervensi secara kognitif, perilaku, atau sistemik, serta strategi yang menerangkan tentang kesejahteraan, pertumbuhan pribadi, pengembangan karir, dan patologi.

Pada hari Minggu (28/07/2024), HMP BK di bawah naungan program studi bimbingan dan konseling Universitas Negeri Surabaya yang berakreditasi unggul, mengadakan acara ‘Semarak BK’ yang dihadiri oleh para mahasiswa bimbingan dan konseling angkatan 2023 serta mahasiswa baru di program studi yang sama dari angkatan 2024. Dalam acara tersebut, mereka menghadirkan dua narasumber, yakni Prof. Dr. Mochamad Nursalim, M. Si., selaku dekan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Surabaya dan Dr. Bakhrudin All Habsy M.Pd., selaku dosen mata kuliah di program studi bimbingan dan konseling Universitas Negeri Surabaya.

Materi pertama terkait ‘dasar-dasar bimbingan dan konseling’ disampaikan oleh Dr. Bakhrudin All Habsy M.Pd. Menurut pak Habsy, kita harus mempelajari bimbingan dan konseling karena kita harus peduli kepada anak dan remaja kita. Ini karena mereka adalah generasi pemegang masa depan. Terlebih banyak tantangan di masa depan, meliputi Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity (VUCA). Selain itu, banyak perubahan yang bersifat dinamis dialami dalam kehidupan manusia sehingga perlu langkah strategis dalam menyikapi masalah yang ada. Itulah sebabnya belajar bimbingan dan konseling menjadi keharusan di abad ini untuk menciptakan kondisi optimum bagi perkembangan individu.

Pak Habsy juga menerangkan ada empat komponen program yang akan dipelajari selama empat tahun masa studi, meliputi layanan dasar BK yang diperuntukkan untuk seluruh siswa dan orientasi jangka panjang, layanan jangka panjang berupa pemecahan masalah dan mediasi, perencanaan individu dan peminatan peserta didik, serta dukungan sistem dalam manajemen dan pengembangan.

Lanjut mengenai materi kedua, yakni ‘keterampilan konseling terapeutik dan karier’ yang dibawakan oleh Prof. Dr. Mochamad Nursalim, M. Si. Tujuan komunikasi terapeutik menurut Prof. Nur antara lain sebagai realisasi diri dan rasa hormat kepada diri sendiri, identitas yang jelas dan integritas yang tinggi, kemampuan dalam membina hubungan interpersonal yang intim, serta meningkatkan fungsi dan kemampuan yang dapat memuaskan kebutuhan agar dapat mencapai tujuan interpersonal yang realistis.

Komunikasi terapeutik bisa dilakukan dengan beberapa syarat berikut, yakni, perlu hadir secara aktif (baik di aspek fisik, mental, intelektual individu) dalam percakapan, lalu kita perlu mendengarkan secara aktif dengan melibatkan hati dan perasaan, tak lupa untuk menggunakan empati agar mampu merasakan apa yang orang lain rasakan sesuai dengan perspektif pemberi pesan.

Prof. Nur juga menjelaskan beberapa hal yang perlu konselor hindari saat berkomunikasi dalam menangani konseli (pihak yang berkonsultasi ke konselor), di antaranya comparing, yakni membandingkan diri konseli dengan orang lain; mind read, yakni mencoba membaca dan menebak-nebak pikiran apa yang ada dalam diri orang lain; planning, yakni mencoba merencanakan argumen atau percakapan selanjutnya; filtering, yakni hanya mau mendengar topik yang disukai; judging, yakni memberi penilaian negatif kepada konseli, seperti memberi ungkapan bodoh, jelek, lemah, dan sebagainya.

Beralih ke jenjang karir, ada beberapa orang tua yang mengkritik jika anak mereka mengambil program studi bimbingan dan konseling, mereka menganggap program studi tersebut hanya akan menjadikan anaknya sebagai guru BK yang mana di tiap sekolah kuotanya relatif kecil. Padahal, ada banyak kesempatan kerja di luar bidang pendidikan yang bisa diambil. Banyak disiplin ilmu yang akan dipelajari didukung dengan iptek, budaya, dan suasana lingkungan sehingga menjadi dasar dalam pengembangan praktisi bimbingan dan konseling.

Prof. Nur sendiri pun menjabarkan bahwa akan ada panduan lebih lanjut bila mahasiswa tidak memilih berkarir di dunia pendidikan. Beberapa peluang karir lulusan BK di luar pendidikan, di antaranya sebagai konselor karir, konselor pernikahan dan keluarga, konselor rehabilitasi, konselor anak dan remaja, HRD, hipnoterapis, serta pembuat konten seputar kesehatan mental dan BK. Namun, jika ingin berkarir di dunia pendidikan, maka lulusan BK bisa menjadi konselor pendidikan, dosen pendidik/peneliti, serta pengembang media/teknologi BK. Hal ini tentu menarik dan mampu menjawab kebutuhan industrial terkait kebutuhan pengembangan diri manusia.

Seperti yang telah dijabarkan di atas, program studi bimbingan dan konseling berfokus membantu pemecahan masalah individu dengan menggunakan komunikasi terapeutik yang menenangkan berlandaskan rasa empati, pendengar yang baik, dan merefleksi perasaan sang konseli. Program studi ini ada untuk menjawab banyak tantangan dan perubahan dalam kehidupan manusia sehingga dapat memperjelas identitas diri, serta menguatkan hubungan interpersonal, dan penerimaan diri.

Alhasil, stigma bahwa program studi ini akan menghasilkan suatu profesi guru yang terkenal galak sudah tidak relevan. Kini masanya kita saling merangkul dan menguatkan sesama manusia di tengah derasnya perkembangan teknologi dan ketidakpastian masa depan. Lulusan bimbingan dan konseling pun dapat berkarir pula di luar bidang pendidikan, sehingga diharapkan dapat terus berinovasi dan bermanfaat dalam berbagai bidang kehidupan di lingkungan masyarakat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun