Design thinking telah menjadi pendekatan inovatif dalam dunia pendidikan, terutama dalam membangun kreativitas dan keterampilan pemecahan masalah di kalangan guru. Artikel berjudul "The effects of two empathy strategies in design thinking on pre-service teachers' creativity", yang ditulis oleh Kailiang Chen, Juanjuan Chen, dan Chung Wang, menawarkan wawasan mendalam mengenai bagaimana dua strategi empati (wawancara dan observasi) berperan dalam meningkatkan kreativitas guru pra-layanan (Chen, Chen, & Wang, 2023). Studi ini menunjukkan bahwa strategi wawancara secara signifikan lebih efektif dibandingkan observasi dalam mempengaruhi hasil kreatifitas guru. Dengan menggunakan desain kuasi-eksperimental, 23 guru pra-layanan di China dilibatkan dalam tugas belajar berbasis teknologi selama enam minggu. Mereka dibagi menjadi dua kelompok yang menggunakan wawancara atau observasi sebagai bagian dari design thinking. Data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa mereka yang menggunakan strategi wawancara mencapai skor yang lebih tinggi dalam hal pemahaman pengguna dan menghasilkan solusi kreatif.
Temuan ini relevan dengan kebutuhan masa depan pendidikan berbasis teknologi, di mana guru tidak hanya diharapkan mampu mengajar dengan alat teknologi, tetapi juga mendesain materi pembelajaran yang berpusat pada pengguna. Laporan UNESCO (2021) menunjukkan bahwa 75% pekerjaan di masa depan akan membutuhkan keterampilan STEM yang dipadukan dengan kemampuan kreatif. Maka, peran guru dalam mengembangkan keterampilan ini menjadi semakin penting, dan design thinking memberikan kerangka yang tepat untuk melatih kreativitas yang diperlukan di era digital.
***
Artikel karya Kailiang Chen, Juanjuan Chen, dan Chung Wang (2023) memaparkan bagaimana penerapan dua strategi empati dalam design thinking (wawancara dan observasi)Â berpengaruh pada kreativitas guru pra-layanan dalam mendesain pembelajaran berbasis teknologi. Melalui penelitian ini, ditemukan bahwa strategi wawancara memberikan hasil yang lebih signifikan dalam meningkatkan kreativitas guru pra-layanan, terutama dalam kemampuan pemecahan masalah dan keyakinan kreatif mereka. Pada kelompok eksperimen yang menggunakan strategi wawancara, ditemukan peningkatan skor empati rata-rata sebesar 18,21 dibandingkan kelompok observasi yang hanya mencapai 14,65. Selain itu, pada tahap definisi masalah, kelompok wawancara memperoleh skor rata-rata 18,19, yang lebih tinggi dibandingkan kelompok observasi dengan skor 16,12. Ini menunjukkan bahwa wawancara sebagai strategi empati memungkinkan peserta untuk mendapatkan pemahaman lebih mendalam terhadap kebutuhan pengguna, sehingga dapat mendefinisikan masalah secara lebih jelas dan tepat sasaran.
Pada akhir kegiatan, guru yang menggunakan strategi wawancara menunjukkan tingkat keyakinan kreatif yang lebih tinggi dengan rata-rata 3,28, dibandingkan kelompok observasi yang hanya mencapai 2,81. Kepercayaan diri yang tinggi dalam proses kreatif sangat penting, karena memungkinkan guru untuk lebih berani dalam mengembangkan solusi yang inovatif dan siap menghadapi tantangan yang kompleks. Data ini menegaskan efektivitas strategi wawancara dalam menciptakan pengalaman pembelajaran berbasis design thinking yang lebih bermakna bagi para guru pra-layanan.
Studi ini juga menyoroti pentingnya empati dalam desain pendidikan yang berpusat pada pengguna. Melalui wawancara, guru dapat memahami kebutuhan siswa secara langsung dan mendetail, yang sangat berkontribusi dalam merancang solusi pembelajaran yang relevan dan efektif. Hasil ini sangat penting dalam konteks pendidikan abad ke-21, di mana para guru dituntut untuk lebih berperan sebagai desainer pembelajaran yang mampu mengintegrasikan teknologi secara kreatif. Studi sebelumnya oleh Henriksen et al. (2020) juga menunjukkan bahwa design thinking dapat meningkatkan kreativitas dan kemampuan guru dalam merancang kegiatan pembelajaran yang efektif.
Secara keseluruhan, penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa penerapan strategi wawancara dalam tahap empati design thinking dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih mendalam dan meningkatkan keterampilan desain guru. Dengan demikian, penerapan design thinking dalam pelatihan guru tidak hanya berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan kompetensi teknologi mereka, tetapi juga sebagai cara untuk mengembangkan pemikiran kreatif yang diperlukan untuk menghadapi tantangan pendidikan di masa depan.
***
Penelitian yang dilakukan oleh Kailiang Chen, Juanjuan Chen, dan Chung Wang (2023) menunjukkan bahwa penerapan design thinking, khususnya strategi wawancara, efektif dalam meningkatkan kreativitas dan kepercayaan diri guru pra-layanan dalam merancang pembelajaran berbasis teknologi. Temuan ini memberikan gambaran penting tentang bagaimana guru dapat menjadi desainer yang lebih empatik dan kreatif dalam memenuhi kebutuhan siswa. Oleh karena itu, pengintegrasian strategi empati berbasis wawancara dalam pelatihan guru perlu dipertimbangkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan menyiapkan guru menghadapi tantangan pembelajaran di era teknologi.
Referensi:
Chen, K., Chen, J., & Wang, C. (2023). The effects of two empathy strategies in design thinking on pre-service teachers' creativity. Knowledge Management & E-Learning, 15(3), 468--486. https://doi.org/10.34105/j.kmel.2023.15.027