Mohon tunggu...
Indriyas Wahyuni
Indriyas Wahyuni Mohon Tunggu... Full Time Blogger - indriariadna.com

Freelance Virtual Assistant, Link Building Specialist, Blogger. Saat ini tinggal di kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah. https://indriariadna.com/

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Ibu Rumah Tangga Berpenghasilan Dolar

10 Maret 2022   20:54 Diperbarui: 23 Maret 2022   23:11 797
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak para pegawai kantoran yang gagap saat perusahaan memutuskan untuk memberlakukan kerja dari rumah atau work from home. Atau bahkan mengurangi jumlah pegawai dengan cara memutus kontrak dan hubungan kerja semasa pandemi.

Gagap karena mindset orang kita, bekerja ya pergi ke kantor. Entah kantornya dimana, tapi ada jam masuk kantor yang harus ditepati dan jam pulang kantor yang terkadang tidak harus ditepati karena lembur misalnya.

Ngantor, bisa berarti "pindah sementara" dari semua urusan rumah selama 8 jam per hari. Ngantor juga bisa berarti kita akan menerima gaji yang rutin masuk ke rekening setiap bulannya. Entah kita bekerja beneran atau tidak, goals tercapai atau tidak, perusahaan wajib memberikan gaji kepada para karyawannya.

Selama lebih dari 10 tahun saya ada di posisi sebagai karyawan. Sebagai seorang perempuan, saya suka bekerja dan suka mengerjakan banyak hal. Bahkan tugas dan job dari beberapa orang juga bisa saya handle sendirian.

Tapi saat saya ijin untuk cuti melahirkan, perusahaan hanya memberikan cuti selama satu bulan, yang kemudian ditambah satu bulan lagi, total dua bulan cuti melahirkan. Dan bodohnya, saya tidak tahu kalau pemberian cuti tersebut tidak sesuai dengan aturan tenaga kerja yang berlaku.

Gaji juga tidak dibayarkan secara full tapi dipotong 50%. Ya kali, orang cuti enak enak di rumah ngapain perusahaan kasih duit? Mungkin orang-orang besar di perusahaan berpikir demikian.

Tahun 2014, saya pindah ke Kalimantan mengikuti suami. Berbeda dengan di Jawa, tidak ada banyak perusahaan di ibu kota provinsi Kalimantan Tengah, kecuali mungkin di area perkebunan kelapa sawit.

Setelah sekian lama bekerja kemudian jadi pengangguran, rasanya hampa. Seperti tidak punya value dan ada sesuatu yang hilang. Bukan, bukan masalah materi tapi terbiasa sibuk mengurus urusan macam-macam di perusahaan kemudian harus berhenti, rasanya aneh, ada yang hilang.

Meskipun saya termasuk generasi X, tapi beruntungnya saya paham sedikit tentang dunia digital. Bagaimana cara searching di internet meski dulu tidak tahu apa itu arti keyword dan kata kunci. Kemudian saya searching dan googling tentang pekerjaan apa saja yang bisa dikerjakan dari rumah. 

Saat itu, ada 2 hal yang saya temukan, blogging dan freelancing. 

Mempunyai sedikit keahlian atau skills tidak membuat saya rendah diri, meskipun baru pertama kalinya saya bergabung di freelance service marketplace Upwork.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun