Sistem pendidikan di Indonesia telah mengalami berbagai perubahan signifikan, didorong oleh upaya pembaharuan yang berkelanjutan dalam dunia pendidikan. Perubahan ini telah membawa kemajuan pesat pada pendidikan nasional, di mana sekolah-sekolah menunjukkan perkembangan yang signifikan. Pembaharuan ini mendorong guru untuk terus mencari metode dan media pengajaran baru yang dapat meningkatkan semangat belajar siswa dan menghindari monoton. Secara keseluruhan, sistem pendidikan nasional mengalami pembaruan di berbagai komponen. Pembangunan di bidang pendidikan baru memiliki makna jika diterapkan sesuai kebutuhan masyarakat dan bangsa Indonesia yang sedang berkembang.
Tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan bertanggung jawab. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mencapai tujuan ini, mencakup berbagai komponen pendidikan seperti penggunaan media dan metode pembelajaran yang dipilih guru. Hamalik (2001:32) menyatakan bahwa untuk mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa, perlu digunakan metode dan teknik pembelajaran yang tepat di sekolah.
Sistem pendidikan telah bergeser dari pola pengajaran yang didominasi guru menjadi guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, guru harus menciptakan kondisi belajar yang aktif dan kreatif, dengan kegiatan yang menantang, mendorong eksplorasi, memberikan pengalaman sukses, dan mengembangkan kemampuan berpikir siswa (Dimyati, 2006:116). Matematika adalah salah satu ilmu yang selalu relevan dan terus dipelajari. Siswa pertama kali belajar matematika secara formal di kelas 1 SD. Frengky (2008) menyatakan bahwa siswa kelas 1 SD memiliki kesempatan besar untuk menyukai atau tidak menyukai matematika.
Dari pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa kualitas pembelajaran akan meningkat jika guru mampu menciptakan kondisi belajar yang aktif, kreatif, dan membuat siswa antusias dalam belajar. Salah satunya adalah dengan penggunaan media seperti permainan engklek untuk membantu siswa mengenal angka 1-10.
Namun, kenyataan menunjukkan bahwa penggunaan media belum optimal. Berdasarkan hasil observasi dikelas, guru seringkali hanya mengandalkan buku pegangan dan metode ceramah tanpa menggunakan media atau benda konkret yang sesuai dengan materi, menyebabkan pembelajaran monoton. Akibatnya, siswa cepat bosan, kurang antusias, dan keaktifan menurun,yang berdampak pada hasil belajar yang rendah dibuktikan dengan masih banyaknya siswa yang tidak mendengarkan penjelasan materi oleh guru. Berdasarkan permasalahan diatas  perlu dilakukan penelitian Tindakan kelas agar Kerjasama dapat meningkat atau sesuai dengan harapan guru. Masalah dalam pembelajaran dapat dilihat dari aspek internal dan eksternal siswa. Menurut Dimyati (2006:200), faktor internal meliputi sikap terhadap belajar, motivasi, konsentrasi, kemampuan mengolah bahan belajar, dan kebiasaan belajar. Faktor eksternal mencakup guru, sarana prasarana, kebijakan penilaian, lingkungan sosial, dan kurikulum.
Karena kurangnya penggunaan media dalam pembelajaran yang mengakibatkan rendahnya keaktifan dan antusias siswa kelas 1 SD dalam pelajaran Matematika, dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul: "Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengenal Angka Menggunakan Permainan Engklek dengan Model PBL." Diharapkan penerapan media atau permainan engklek ini dapat memperbaiki nilai, meningkatkan mood anak, dan meningkatkan hasil belajar siswa SD kelas 1 khususnya dalam pelajaran Matematika.
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan Dini Wahyu Mulyasari dengan judul Efektivitas Pembelajaran Etnomatematika "Permainan Engklek" terhadap Pemahaman Konsep Geometri Siswa Sekolah Dasar" Pembelajaran etnomatematika menggunakan permainan tradisional engklek pada jenjang SD telah dilakukan. Akan tetapi laporan yang diberikan masih bersifat umum yaitu "permainan engklek" dapat meningkatkan hasil belajar matematika (Arista et al., 2019) tanpa merujuk pada materi tertentu. Pentingnya materi geometri, maka perlu ada penelitian khusus pada materi tersebut yang diajarkan melalui permainan tradisional engklek. Selain itu, telah ada penelitian terkait pemahaman konsep geometri pada jenjang SD. Hasil penelitian melaporkan bahwa pembelajaran menggunakan benda manipulatif dapat meningkatkan pemahaman konsep geometri siswa SD (Novianti, 2015). Akan tetapi, penelitian tersebut belum menggunakan permainan tradisional. Dengan demikian, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui efektivitas pembelajaran etnomatematika dalam hal ini "permainan engklek," terhadap pemahaman konsep geometri siswa pada jenjang SD.
Penggunaan media dalam pembelajarannya tentunya akan membawa dampak terhadap hasil belajar peserta didik. Pelaksanaan pembelajaran pada Pelajaran matematika khususnya pada materi membilang angka 1-10 menggunakan alat peraga yaitu permainan engklek untuk meningkatkan kemampuan mengenal angka 1-10 peserta didik dilaksanakan dalam dua siklus pembelajaran.Pada penelitian ini dilakukan di kelas IA SD Muhammadiyah Karangbendo, Yogyakarta dengan jumlah peserta didik yang diteliti yaitu 20 peserta didik. Pada penelitian ini terdapat   dua siklus dengan jumlah empat pertemuan. Sebelum siklus I dan siklus II dilakukan prasiklus untuk mengetahui kemampuan representasi pada materi membilang bilangan 1-10.
pada tahap prasiklus Berdasarkan hasil observasi dan pretest yang telah dilaksanakan pada Jumat, 19 Juli 2024. Diketahui bahwa, dari pemahaman kemampuan membilang angka belum memenuhi KKM terbukti dari hasil pretest pretest yang dibagikan. Hasil kemampuan representasi matematis rata-rata hasil pra siklus dengan rata-rata 64,25 dengan jumlah peserta didik yang tuntas KKM 75 adalah 4 peserta didik atau  20% peserta didik sehingga hasilnya yaitu belum ada yang mencapai indikator keberhasilan dengan 80% peserta didik yang tuntas KKM dan pencapaian indikator kemampuan representasi 33,6% maka belum tercapai 80% peserta didik.