Desa kentengsari yang berlokasi di kecamatan Windusari kabupaten Magelang merupakan salah satu desa dengan mayoritas penghasil keranjang tembakau. Kerajinan keranjang tembakau di desa Kentengsari merupakan kerajinan yang terkenal dibandingkan dengan desa yang lainnya. Keranjang tembakau yang ada di desa Kentengsari ini merupakan kerajinan yang dibuat pada setiap tahunnya, setiap musim tembakau tiba.
Kamis, 6 Juli 2023 tim UNNES GIAT 5 Desa Kentengsari yang bekerjasama dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM UNNES) mengunjungi salah satu rumah produksi keranjang tembakau guna memperoleh informasi lebih lanjut. Ibu Rofiah (40) sebagai pemilik dari usaha keranjang tembakau tersebut menjelaskan "Bahwa pekerjaan sebagai pengrajin keranjang tembakau ini sudah berlangsung secara turun-temurun". Bahkan pekerjaan ini sudah dilakoni Bu Rofiah ketika masih remaja. Banyak warga yang profesinya sebagai pengrajin keranjang tembakau seperti Ibu Rofiah, bahkan tetangga kanan kiri beliau, rata-rata adalah pengrajin keranjang tembakau.Â
Keranjang tembakau sendiri berbahan dasar bambu yang dipotong dan diserut tipis menggunakan alat yang bernama garuk. Bambunya sendiri haruslah bambu apus, dan panjangnya pula sudah disesuaikan dan diseragamkan ukurannya. Bambunya sendiri didapatkan dari penyuplai, jadi memang sudah ada penyuplainya sendiri dan mengantarkan sampai rumah. Semuanya dilakukan dengan beberapa pekerja, seperti keluarga dan tetangga.
Sedangkan bagian bagian dari keranjang tembakau ini ada beberapa bagian. Diantaranya adalah bagian enam (keliling) , kulitan (atas), uleh, irat untuk jeneng (pengikat), dan babon (cetakan). Keranjang tembakau ini pula mempunyai beberapa ukuran, yakni ukuran 8-11 kilan yang diukur menggunakan telapak tangan atau dapat diukur dengan ukuran Jawa yakni (1 kilan = 1 telapak tangan). Sedang bagian yang diukur adalah bagian babon atau cetakannya. Untuk hasil akhir dari keranjang tembakau ini adalah setelah terbentuk keranjang lali dilapisi menggunakan pelepah pisang yang sudah dikeringkan. Untuk pelepahnya sendiri harus yang panjang karena akan digunakan untuk menutupi tembakau yang ditumpuk menggunung.Â
Proses pemasaran keranjang tembakau dilakukan tanpa harus memasang iklan terlebih dahulu atau menawarkan kepada calon pembeli, karena para calon pembeli akan datang dengan sendirinya. Karena memang produksi keranjang tembakau di desa kentengsari ini sudah sangat terkenal dikalangan para pembeli. Sehingga, produsen memproduksi keranjang tembakau, dimana produsen hanya memproduksi keranjang tanpa dilapisi pelepah pisang. Lalu di serahkan kepada pengepul kemudian ke buruh jahit (untuk menjahitkan pelepah pisang) dan terakhir diserahkan kepada pedagang atau pengecer.Â
Untuk penjualan keranjang tembakau terdapat dua musim, yakni musim hujan dan musim tembakau. Untuk musim hujan terjadi sekitar bulan oktober-mei yang diproduksi untuk pabrik. Kemudian untuk musim tembakau, dinamakan masa "Sengkrah" yakni momen ketika harga keranjang sedang naik-naiknya atau banyak yang mencari keranjang, terjadi pada bulan juni-september sehingga harga keranjang yang sepasangnya (terdiri dari dua keranjang tembakau) hanya dihargai 50.000 rupiah bisa naik 2 kali lipat menjadi 100.000 rupiah. Bahkan pada tahun 2011 penghasilan para pengerajin keranjang tembakau bisa mencapai 11 juta /bulan.
Dengan adanya kerajinan keranjang tembakau tersebut dapat memperkuat jalinan silaturahmi antar masyarakat desa Kentengsari. Dimana dengan adanya kerajinan ini para warga masyarakat yang bekerja di rumah Bu Rofiah dapat memperkuat persatuan Indonesia karena mereka dapat saling bahu-membahu satu sama lain untuk dapat menyelesaikan pekerjaan yang sedang dibuatnya. Hal ini juga merupakan cerminan dari implementasi nilai Pancasila yakni pada sila ketiga, keselarasan ini merupakan cerminan dari tema yang telah di tetapkan yakni "Kampung Pancasila".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H