Mohon tunggu...
indri wahyunia
indri wahyunia Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hobi menulis, konten hiburan, travelling, kuliner

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sepenuh Jiwa Untuk Mu

24 Juli 2024   20:37 Diperbarui: 24 Juli 2024   20:57 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pagi itu begitu sejuk. Udara di sekitar sekolah sangatlah menyegarkan. Pepohonan yang hijau berjajar menyambut para siswa dan guru yang sangat bersemangat untuk memulai pembelajaran pada tahun ajaran baru. Riuh ramai para siswa dan orang tua siswa, khususnya orang tua siswa kelas 1. Mereka antusias untuk mengantar putra-putrinya pada hari pertama masuk sekolah. Tak mau kalah siswa kelas 2 sampai kelas 6 mereka terlihat sangat senang karena bertemu setelah liburan dua minggu. Mereka berbincang di depan kelas. Mereka bertukar cerita tentang pengalaman selama liburan kemarin.

Tiba-tiba semua perhatian tertuju pada sosok bapak guru yang ada di tengah lapang. Bapak guru itu mengajak para siswa untuk berbaris dengan rapih karena upacara pembukaan MPLS akan segera di mulai. Bapak guru itu sangat dicintai murid-muridnya. Terdengar dari jauh, beberapa siswa memanggil pak guru tersebut.

"Pak Hasan...Pak Hasan..Pak Hasan...!" Beberapa murid melambaikan tangannya dan memanggil Pak Hasan.

Pak Hasan adalah guru muda yang memiliki dedikasi sangat baik untuk dunia pendidikan. Ia sering kali tak memikirkan kebutuhan pribadinya demi membela hak-hak pendidikan murid-murid. Ia selalu bersemangat untuk mengajar dan mendidik murid-muridnya. Kunjungan ke rumah murid sering ia lakukan jika ada murid yang perlu bimbingan khusus. 

Jam menunjukkan pukul 08.00 upacara pembukaan MPLS telah selesai. Para siswa masuk ke kelas masing-masing. Begitu pula dengan Pak Hasan. Pak Hasan masuk ke kelasnya untuk bertemu murid-murid barunya. Setelah berdoa dan memperkenalkan identitas dirinya Pak Hasan mengabsen murid-muridnya. Pak Hasan tahun ini diamanahi mengajar di kelas 4. Ada 28 murid yang terdata di daftar hadir kelas 4. Pak Hasan mengabsen dan berkenalan dengan murid-muridnya. Namun ada 3 murid yang tak hadir hari itu. Murid yang lain menyampaikan bahwa ketiga murid itu sudah lama tidak sekolah. Pak Hasan pun makin bertanya-tanya mengapa ketiga murid itu tidak sekolah. Pak Hasan menyampaikan jika esok harinya ia berniat untuk melakukan homevisit.

Keesokkan harinya Pak Hasan melakukan homevisit pada ketiga muridnya. Sebut saja Adi, Arjun, dan Bakri ketiga murid yang dikunjungi Pak Hasan. Sungguh sangat terenyuh perasaan Pak Hasan, ketika mengunjungi rumah Adi, Arjun, dan Bakri. Dua diantara murid yang ia kunjungi bertempat tinggal pada rumah yang jauh untuk dibilang layak. Adi yang tinggal bersama ayahnya dengan kondisi rumah yang tak layak dengan kondisi ayah yang buta aksara karena tidak bersekolah. Pak Hasan berbincang dengan ayah Adi, ia sangat berharap anaknya dapat bersekolah kembali. Pak Hasan fokus pada hak anak untuk belajar. Ia coba berbincang dengan Adi ternyata Adi pun sangat ingin untuk bersekolah. Alasan dulu ia tak bersekolah sudah diluruskan oleh Pak Hasan.

Alhamdulillah ketiga murid itu akhirnya bersekolah kembali. Walau ada pandangan miring tak mengurangi semangat Pak Hasan untuk memperjuangkan hak belajar anak. Senyum murid-muridnya adalah penyemangat untuk Pak Hasan tetap berjuang. Pendidikan yang berkeadilan, berpihak pada anak adalah cita-cita mulia sesuai filosofi Ki Hajar Dewantara.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun