Mohon tunggu...
Indri Syailendra
Indri Syailendra Mohon Tunggu... -

Hanya engkau yang bisa mengambil ragaku, calon seorang istri...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Film “Sang Patriot”, Ajang Cuci Dosa Prabowo

19 Februari 2014   20:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:40 892
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: 3.bp.blogspot.com

[caption id="" align="aligncenter" width="574" caption="sumber: 3.bp.blogspot.com"][/caption]

Menjelang Pemilu Presiden 2014, Gerindra dan Prabowo meluncurkan serangan kampanye model baru; membuat film documenter tentang kisah hidup Prabowo berjudul “Sang Patriot”. Tujuannya sebagai aksi propaganda dan aksi cuci dosa Prabowo di masa silam.

Dalam film berdurasi sekitar 30 menit tersebut menggambarkan tentang kerusuhan yang melanda Jakarta dan krisis politik yang terjadi pada Mei 1998. Seperti yang diketahui, pengadilan militer menetapkan Prabowo bersalah dalam peristiwa tersebut sehingga dirinya dipecat dari kesatuan.

Namun, mantan Panglima Kostrad tersebut masih belum menerima hal tersebut. sehingga ia melakukan pembelaan diri melalui film yang diproduksi oleh partainya tersebut. Menurut cerita dalam film tersebut, kesalahan seharusnya tidak ditimpakan pada Probowo melainkan pada Panglima ABRI, Wiranto.

Wakil Ketua Umum Gerindra, Fadli Zon mengatakan bahwa pada peristiwa tersebut Probowo justru berperan sebagai pahlawan dan menyelamatkan negara dari krisis politik yang berujung pada demonstrasi besar – besaran menuntut Presiden Soeharto mundur.

“Kenapa aparat keamanan tidak mampu untuk mengendalikan keamanan?” kata Fadli dalam film tersebut.

Itu karena, lanjut Fadli, Panglima ABRI saat itu, Wiranto justru membawa sejumlah petinggi militer ke Malang untuk mengahadiri acara seremoni yang tidak terlalu penting dihadiri oleh Pangab. Oleh karena itu, Prabowo langsung bertindak sendiri dan menurunkan pasukan untuk berhadapan langsung dengan demonstran.

Tindakan Prabowo mengerahkan pasukan tersebut tentu melanggar ketentuan. Sebagai seorang tentara, seharusnya Prabowo bekerja sesuai dengan garis Komando. Namun karena merasa memiliki kewenangan lebih lantaran menjadi menantu Presiden sewaktu itu, ia menghiraukan ketentuan tersebut.

Akibatnya, massa aksi langsung berhadapan dengan militer sehingga menimbulkan korban jiwa. Padahal jika Probowo mengikuti perintah Pangab untuk pergi ke Malang, tentu kejadian tersebut tidak akan terjadi. Emosi massa saat itu seharusnya tidak langsung ditanggapi dengan genjatan senjata seperti yang dilakukan Prabowo. Hal ini menunjukkan pada kita betapa arogannya Prabowo menggunakan kekuasaan.

Jelas film tersebut sebagai upaya Gerindara untuk membersihkan nama baik dan dosa – dosa Prabowo di masa silam, dengan melimpahkan tuduhan pada pihak lain.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun