Subang, Musim kemarau dan hujan itu siklus kehidupan alam semesta menjaga keseimbangan dan mata rantai kehidupannya. Tanpa itu akan berdampak kekacauan isi alam semesta.
Salah satu dampak yang ditimbulkannya seperti hama dan penyakit yang berkembang biak tanpa terkendali yang berujung merusak tatanan alam semesta.
Namun paling parah kerusakan disebabkan bertambahnya populasi penghuni planet yang berakal, beragama, berkeyakinan, berilmu pengetahuan namun paling serakah mulai mengacak-acak tatanan alam semesta seperti perusakan hutan, penggunaan pestisida dan pupuk kimia yang berlebihan, dan lainnya.
Dengan berbagai dalih seperti tuntutan kehidupan dan meningkatkan taraf kehidupan yang lebih baik, namun harus kah dengan merusaknya?
Tak tahulah, saya bukan ahlinya. Saya hanya akan menulis dampak positif kemarau panjang yang terjadi di kebun dimana saya sekarang sedang jadi buruhnya.Â
Luas kebun 6 HA, berisi aneka jenis buah2an seperti durian, petai, rambutan, cempedak dan lainnya. Lokasi tepatnya dipinggir desa Cimayasari, Kec. Cipeundeuay, Kab. Subang.
Rumput kering, ranting-ranting merangas, daun-daun kering berserakan, tanah retak-retak dan danau di sebelah kebun pun susut dratis dan musim kemarau pun jadi inspirasi syair lagu oleh Mochamad Noor Arumbinang, Judul:
KEMARAU Â
Tiada ranting yang rimbun daun pun berguguran mata air pun kering tiada titik embun turun saat itu, kemarau yang datang hati gersang dan berdebu curah hujan tiada turun membasahi jiwa ini tiada pohon yang rindang tempat berteduh diri air mata pun kering suara hati pun membisu saat itu, kemarau yang datang cita hati trasa sendu cahya mentari trasa panas menyinari jiwa ini. Kapankah mendung datang mengalun mengusir kemarau kali ini tapi sabarlah diri menanti pasti kemarau pergi berganti (dari album Jakarta-Jakarta, Grup Prambors Band, Produksi D/D Record).
Syair lagu tersebut mewakili keadaan kebun yang saya kelola, tentu kemarau tahun ini sudah diantisipasi sedari awal seperti perbaikan sarana irigasi, menambah pompa air dan torrennya.