Cimayasari, Â Jebret ngengeeng... suara mesin gerinda potong menempel di paha kanan aku tersentak kaget "Aduh aku kena, Innalilahi wa innailaihi rojiun" spontan keluar dari mulutku, mataku terbelalak melihat kucuran darah dan luka menganga lebar dan dalam.
Aku tidak boleh panik, aku tidak boleh panik... Seruku dalam hati sembari tertatih minta kain dan tali rafia, guna menutup luka dan seketika perdarahan terhenti, ayo antar aku ke Puskesmas atau rumah sakit (RS) yang terdekat pintaku pada dua pekerja yang membantuku, lalu memboncengkan aku ke Puskesmas, (27/8/2018).
Setiba di Puskesmas dua petugas menanyakan penyebabnya, lantas aku ceritakan kronologinya, kejadian yakni saat sedang memotong papan, alat potongannya di luar kendali lepas lalu sepersekian detik menempel di paha kanan dan saat dilepas paha terkoyak, aku lihat dua petugas Puskesmas membuka kain penutup luka, sesaat aku rasakan rasa pedih tak terperikan.
Pak ini harus segera di rujuk ke RS, lukanya terlalu dalam kami tidak bisa melakukan tindakan medis (menjahit luka) dan jangan lebih dari enam jam setelah kejadian, ujarnya.
Setelah di bersihkan dan di perbang, lalu petugas menyarankan pakai angkot ke RS, bila pakai ambulan prosedurnya lama dan belum tentu siap, sstt... Ongkosnya mahal, ujarnya. Lalu memberi alternatif pakai angkot bisa segera evakuasi dan ongkos sewa seratus ribu rupiah sedang di Puskesmas empat puluh ribu rupiah.
Dengan angkot dan berbekal surat pengantar dari Puskesmas, kami tiba di IGD RS pada pukul 12.30 WIB aku dibantar di IGD, Â selesai urusan administrasi sekitar limapuluh menit, dokter jaga mendekat dan memerintahkan perawat muda membuka perban dan menanyakan kronologinya, saya ceritakan kejadiannya kembali, lantas dr jaga sekilas melihat luka lalu meminta perawat memberi antiseptik dan diperban ulang, setelah mendengar kronologinya dr jaga meminta supaya di ronggent terlebih dahulu setelah di ronggent dan diketahui tidak terkena tulangnya dr baru mau menjahit.
Sekembali dari ronggent perban di buka lagi lantas dr jaga mefoto via hpnya dan memeriksa hasil jepretannya dengan komentar yang aku dengar tidak ada 'otot' yang terpotong, tulang tidak terkena, aku cukup lega dan membayangkan tindakan medis standar alias hanya sekedar menjahit luka, namun aku sempat kaget dan pasrah dr jaga merekomendasi harus diambil tindakan medis operasi besar dan ditangani dokter bedah spesialis tulang.
Lantas lenganku di pasang infus, ronggent lagi  dadanya, detak jantung, dan darah, berkah dalem dalam kondisi baik dan terkait biaya supaya tidak kaget katanya, kami disuruh konsul ke bagian administrasi dan keuangan dan menunjukkan perkiraanya antara 16 - 20 juta, tanpa rinciannya lagi-lagi aku pasrah.
Sebagai orang awam dan buruh kebun aku terhenyak kaget, lantas menghubungi pemilik kebun dan berkah dalem biaya medis di tanggung.
Setelah ada kepastian penanggung biaya medis, pukul 14.00 WIB aku diberitahu akan dilakukan operasi pada pukul 19.00 WIB.Â
Pukul 17.30 WIB dibantar ke ruang operasi, menunggu dokter bedah tiba, hingga
Pukul 20.30 WIB masuk ruang bedah dan di anestesi suntik via punggung, beberapa menit kemudian separo badan tidak terasa, selesai menjahit luka sekitar 20 menit, lantas aku dibawa keluar ruang operasi, menunggu jemputan perawat kamar hingga pukul 22.30 masuk bangsal kelas 2, istirohat.
Tentu timbul pertanyaan kenapa tidak pakai BPJS dan kenapa tidak hati hati saat bekerja?
Aku peserta BPJS kesehatan namun kartunya tertinggal di Jawa dan perlu waktu untuk mengambil 2 hari perjalan pulang pergi, bila memakainya bagaimana prosedur dan penanganannya? Tidak perlu saya ceritakan, pada prinsipnya saya ingin segera ditangani secara medis dan segera sembuh lantas pulang, maka saya ambil jadi pasien umum pun perlu waktu tindakan medis dari pkl 12.30 masuk RS, lalu pkl 20.30 WIB operasi jahitan dan dibantar pkl 22.30 WIB.