Motonya ‘Wong kerja ngangsi kringeten merekna sehat’ alias orang yang kerja hingga keluar keringat menjadikan sehat, ungkapnya.
Penampakan ke empat, saudara Sucipto (33), asal desa Karangtengah, beranak dua dan tinggal disamping kebun. Ia baru dua bulan ikut bergabung mburuh. Sebelumnya bergabung mburuh sebagai perawat kebun buah dan tanaman hias di berbagai perumahan elit di kota Purwokerto, di karenakan jauh tempat kerjanya kini Ia bergabung budidaya sayur mayur.
Perawakannya tinggi, cekatan. Pekerjaan menangani budidaya sayur mayur mulai dari persiapan lahan tanam, menanam, memupuk, menyemprot, hingga pasca panen.
Penampakan ke lima, saudara Karim 27 tahun, beranak satu berasal dari desa Sikapat, Baturaden. Peran utamanya tukang merawat tanaman buah2an dan tanaman bunga2an, disamping itu ikut pula berperan budidaya sayur mayur. Ia punya moto ‘Pokoke kerja titik’ alias yang penting kerja.
Sedang di rumah Ia pelihara 3 ekor kambing dan budidaya tanaman hias, tentu kedua usahanya perlu perawatan rutin, untuk itu di kala teman2 mburuh menikmati jam istirahat siang, Ia pergi merumput. Sedang budidaya tanaman hiasnya dikerjakan sepulang kerja dan kala libur, kadang hingga tengah malam, bila sudah tumbuh subur di setorkan ke lapak-lapak tanaman hias di sekitar Baturaden, uang dari hasil jualannya di belikan kambing sebab lebih baik menabung berupa kambing daripada menyimpan uang di Bank cepat habis, ungkapnya.
****
Tanpa mereka sistem bergulirnya tidak mungkin berhasil. Bagaimana tidak ada 20 jenis sayur mayur yang tanamnya bergulir dan tumbuh kembangnya dalam hitungan hari, tentu perlu tangan-tangan dingin mereka guna perawatan, seperti penyiangan, pemupukan, pengendalian hama dan lainnya secara rutin dan bila terlambat mengantisipasi tanaman tidak tumbuh sesuai harapan.
Salah satu contoh, Sawi bangkok / sendok, sejak dari tebar benih hingga siap pindah tanam antara umur 20 – 25 hari, secara rutin harus di rawat, bila terlihat kering perlu penyiraman atau ada gejala timbul hama / penyakitnya dilakukan penyemprotan.
Setelah pindah tanam perawatannya lebih intensif, setiap hari dilakukan pengamatan tumbuh kembangnya bila ada yang mati segera di sulam dan setelah 7 HST dilakukan penyiangan, penyiraman, sedang penyemprotan dilakukan bila ada gejala timbul hama penyakitnya, hingga mulai petik pilih umur umur antara 35 – 45 HST. Minggu, 26/3/2017. (SS)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H