Mohon tunggu...
Singgih S
Singgih S Mohon Tunggu... Buruh - Buruh Tani Kebun di Desa Cimayasari, Subang.

Omo Sanza Lettere Disini http/www.kompasiana.com/satejamur

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Budidaya Sayur Mayur di Puncak Musim Penghujan

22 Maret 2017   20:38 Diperbarui: 23 Maret 2017   11:00 6689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Purwokerto, Di kala puncak musim penghujan dengan intensitasnya curah hujan yang tinggi dan tidak menentu seperti yang terjadi sekarang ini berdampak bencana alam, sungai meluap, tanah longsor, banjir bandang menimbulkan kerugian materi dan bahkan korban jiwa yang sia-sia.

Tak hanya itu, para petani sayur mayur pun terdampak karenanya, tanaman budidayanya yang sedang tumbuh maupun sedang produktif merantas tuntas, puso. Petani buntung, konsumen teriak harga sayur mayur mahal.

Guna menyiasati itu semua, di desa Karangtengah Baturaden tepatnya di dusun II RT 02 RW 06, di lahan pekarangan yang cukup luas milik seorang warga yang tidak mau disebutkan namanya, saya mengikuti SS seorang buruh tani yang mengembangkan budidaya sayur mayur organik sistem bergulir, yakni cara menyemai, menanam dan panennya secara bergiliran.

Budidayanya tidak tanggung-tanggung ada dua puluh (20) macam sayur mayur yang dikembangkan, seperti : Brokoli, kembang kol, Sawi bangkok, Caylan, Caysiem, Sawi putih, Fumag, Kacang Panjang, Buncis, Pare, Okra, Terong putih, Bawang Merah, Tomat, Timun, Kedelai jepang, Sawi Putih. Sedang budidaya Cabe rawit, Cabe merah besar, terong lokal dan putih secara unorganik. Dan kini masuk tahap ke dua, sedang tahap ke satu klik disini.

Di tahap ke dua, sedari awal bulan Maret 2017 sistem panen bergulir sudah berjalan. Dan setiap Minggu tiga kali panen yakni di hari Selasa, Kamis dan Sabtu. Satu kali panen antara 20 – 25 Kg aneka sayur mayur guna memenuhi permintaan tiga rumah makan yang cukup ternama di kota Purwokerto, tentu dengan harga di atas harga bakul pasar, seperti: Sawi Bangkok/pahit Rp. 8.000/kg, Caysiem Rp. 6.000/kg, Fumag Rp. 12.500/Kg, Buncis & Kacang Panjang Rp. 8.000/Kg, Cabe Rawit merah Rp. 80.000,-, Cabe merah besar Rp. 25.000/kg dan lainnya. Selasa, 21/3/2017.

Keberhasilan itu tidak lepas dari kepiwaian SS dalam pengendalian hama dan penyakitnya, khusus untuk tanaman organik SS memakai pestisida berupa rendaman air Tembakau (100 gr) + daun sirih (10 lbr) + bawah putih (5 siung) di rendam air panas dan didiamkan selama 12 jam dan Metarizeps, sedang untuk pupuk daun memakai Huma Top dan Humat Prodan pupuk cair NTS, di kombinasi air kelapa, rendaman sambut kelapa, dengan aplikasi semprot memakai hand sprayer. sedang penambahan unsur N dengan air rendaman pupuk kandang (10 ltr) di beri garam krosok (1 Sdm) + Decoprima, disiramkan disekitar pangkal batang tanaman.

Sedang untuk mengantisipasi curah yang tinggi di setiap bedengan khusus budidaya sayur mayur diberi penutup berupa sungkup plastik yang bisa di buka tutup, bila udara pagi hingga sore cerah penutup di buka, hasilnya pertumbuhan dan pasca panennya cukup memuaskan.

Dengan sistem tersebut SS tidak mburuh sendirian, dibantu pula lima buruh tani dari dua generasi. Tiga berumur di atas 50 tahun dan bahkan satu orang berumur 75 tahun, dua lagi dikisaran umur 30-an, akan saya perkenalkan satu persatu para rekan-rekan buruh tani SS, serta penampakan dan beserta peranannya, di tulisan berikutnya, (SS).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun