Mohon tunggu...
Singgih S
Singgih S Mohon Tunggu... Buruh - Buruh Tani Kebun di Desa Cimayasari, Subang.

Omo Sanza Lettere Disini http/www.kompasiana.com/satejamur

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ternyata Burung Hantu Itu Aparat Para Petani Juga Pengendali Inflasi Daerah

3 Agustus 2016   06:22 Diperbarui: 3 Agustus 2016   07:29 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KPw BI Purwokerto melakukan peletakan batu pertama Rubuha (dokpri)

Bila Pemerintah membangunkan gedung KPK yang megah, tentu supaya para aparatnya nyaman dalam bekerja membasmi dan mencegah para koruptor. Pun demikian kelompok petani yang bergabung dalam dua Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) Sri Tani Jaya dari desa Pandak dan Karya Tani dari desa Karanggedang Kecamatan Sumpiuh, Kabupaten Banyumas, mulai membangun pula Rumah Burung Hantu (Rubuha) di area persawahannya, supaya para ‘aparat’nya nyaman dalam bekerja membasmi ‘koruptor’ (hama tikus) tanaman padinya.

Hal tersebut terjadi pada tanggal 1/8/2016, pukul 10.00 WIB telah diadakan seremoni peletakkan batu pertama pembangunan pilar beton penyangga Rubuha dan tidak tanggung-tanggung membangun 27 unit Rubuha di area sawah dua Gapoktan yang tersebar di dua Desa seluas 180 Hektar.

KPw BI Purwokerto melakukan peletakan batu pertama Rubuha (dokpri)
KPw BI Purwokerto melakukan peletakan batu pertama Rubuha (dokpri)
Menurut Sri Martini PPL desa Pandak sepanjang musim tanam padi tahun 2016 seranganya semakin ganas “Mengerikan, lihat Pak, di gropyok bukannya berkurang malah semakin ganas” ujarnya sembari menunjuk hamparan sawah sekitar seremonialnya yang tinggal sisa-sisa tanaman padi, sampai saya merinding melihat kerusakannya.

Saat saya bertemu salah satu anggota kelompok tani, menyatakan pada saya kini warga tidak mau melakukan gropyokan “Mengamuk Pak, bahkan pernah terjadi selepas musim tanam I dilakukan gropyokan, seminggu kemudian di tengah malam dua tetangga saya ketika sedang ‘lalar’ menengok sawah lari pulang, ketakutan melihat puluhan ribu ekor tikus berbaris di sungai irigasi sawah, setelah kejadian itu hingga kini kami tidak mau melakukan gropyokan, kapok” ujar salah satu warga desa Karanggedang dengan mimik ketakutan, dan hal tersebut dibenarkan warga lainnya.

Pak Djoko Juniwarto Kepala Unit Komunikasi dan Koordinasi Kebijakan KPw BI Purwokerto pada beberapa kesempatan menyampaikan pada saya “Koruptor’ tanaman padi petani ini memang momok yang paling ditakuti para petani, bekerjanya diam-diam di waktu jelang senja hingga dinihari, Ia menggerigiti tanaman padi, bahkan dalam satu malam bisa menyapu bersih puluhan hektar tanaman padi.

Satu-satunya pengendali yang paling efektif dan berkelanjutan hanya dengan burung Hantu! Sebab satu burung hantu mempunyai naluri membunuhnya tinggi, walau sudah kenyang bila melihat tikus berkeliaran disergap, tidak dimakan, hanya dibunuh dan dibuang. Dan disetiap malam paling tidak sepuluh bahkan dua belas ekor tikus dibantai, apalagi kalau sedang beranak. Supaya tinggal dan bekerja nyaman di area sawah dibuatlkanlah Rubuha”

Lebih lanjut Djoko menyampaikan “Dengan adanya burung Hantu di sekitar sawah petani, menyebabkan tikus-tikus stres, takut bila mau pedekate cari pasangan di luar sarang, populasinya akan berkurang berdampak pada kenaikkan produksi padi petani, tentu akan berdampak pula pada laju inflasi daerah yang terkendali” pungkasnya.   

Calon Rubuha (dokpri)
Calon Rubuha (dokpri)
Tepat kiranya pihak KPw BI Purwokerto berkepentingan sebagai Team Pengendali Inflasi Daerah (TIPD) Ramdan Deny Prakso Pimpinan KPw BI Purwokerto, serta Djoko ikut turun gunung ke desa Pandak, sebagai inisiator melalui program sosial BI dengan tema dedikasi untuk Negeri, dengan memberikan bantuan pengadaan 27 Rubuha permanen pada Gapoktan dari dua desa tersebut. tentu disertai pula Kepala Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan (Dinpertanbunhut) beserta para PPL, Camat, Danramil, Kapolsek, para tokoh dan warga sekitarnya, hadir menyimak pidato-pidato mereka selepas seremonial peletakkan batu pertama di pusatkan di Desa Karanggedang, (SS)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun