Pak Djoko bertutur, bermula dari kegiatan sosialiasi tentang perbankan dengan pamong desa, kelompok tani, warga desa dan lainnya. Disaat itulah Djoko sering mendengar keluhan produksi GKP di wilayah kerjanya yang rendah, untuk satu hektar sawah menghasilkan GKP palingantara 4-6 Ton/Ha. Lantas ia memberikan solusi dengan menanam padi metode Hazton yang jelas terbukti bisa menaikkan produksi GKPberton-ton seperti di wilayah Pontianak.
Gayungpun bersambut, pak Djoko memberikan salah satu contoh dari KelompokTani ‘Marga Jaya’ Desa Pegalongan Kecamatan Patikraja tertarik, lalu mengajukan permohonan kerjasama tanam padi metode Hazton ke KPwBI Purwokerto sekaligus membina dan membiayai seluruh sarana produksi padi dan pertaniannya untuk musim tanam II tahun 2015. Kelompok taniini, tercatat yang pertama kali mengadopsi metode Hazton se wilayahBanyumas Raya.
Â
Darihasil panenan yang dilaksanakan pada bulan Agustus 2015 produksi GKP dapat menghasilkan  8 ton per Ha. Padahal tanaman padi yang ditanam di lahan sawah tadah hujan dan tanaman rusak terserang hama tikus yang cukup parah. Suatu pencapaian yang signifikan mengingat dengan metode konvensional GKP hanya 4 Ton/Ha dalam kondisi tidak terserangtikus, lihat tabel: 1 & 2 di bawah ini.Â
Kenyataandi lapangan ini semakin menarik saya untuk menelisik lebih lanjut keunggulan dan kelemahan metode Hazton. Djoko memberi saya bocoran tentang kelebihan dan kelemahan metode Hazton berdasarkan pengamatan, hasil riset, dan testimoni petani, sebagai berikut:
Kelebihanmetode Hazton:
• Produksipanen tinggi (hasil berlipat)
• Mudahdalam penanamannya
• Tanamancepat beradaptasi/tdk stres setelah tanam.